BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika membicarakan ekonomi internasional
maka tidak akan lepas dari teori perdagangan antar negara dan juga faktor –
faktor yang mempengaruhi perdagangan tersebut. Secara mendasar teori yang
menjelaskan tentang perdagangan internasional terbagi menjadi tiga kelompok,
yaitu teori praklasik
merkantilis, teori klasik, dan teori modern.
Negara
– negara yang melakukan perdagangan internasional disebabkan beberapa faktor,
antara lain perbedaan sumber daya alam, perbedaan faktor produksi,
kondisi ekonomis yang berbeda, tidak semua negara dapat memproduksi sendiri
suatu barang, adanya persaingan antarpengusaha dan antarbangsa, dan selera
(kesukaan).
Pada dasarnya keunggulan komparatif adalah faktor
fundamental yang menentukan pola perdagangan internasional. Ketika suatu negara
memiliki keunggulan komparatif pada suatu barang tertentu, maka negara tersebut
akan mengekspor hasil produksinya, namun ketika suatu negara merasa tidak
unggul dalam memproduksi suatu barang, maka negara tersebut akan lebih memilih mengimpor
dari negara lain dengan tujuan menekan biaya produksi dan juga mencari
keuntungan.
Menurut teori Heckscher – ohlin , Perdagangan
internasional terjadi disebabkan perbedaan opportunity cost suatu
produk antara satu negara dengan negara lain, pertukaran dapat terjadi karena
adanya perbedaan dalam jumlah proporsi faktor produksi yang dimiliki (factor endowment)
masing-masing negara. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif
banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barangnya. Sebaliknya, negara akan mengimpor
barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
langka atau mahal.
Bagi negara sedang berkembang mungkin perdagangan
internasional tidak memberikan keuntungan yang besar, namun justru memberikan
kerugian. Karena negara – negara sedang berkembang sebagian besar hanya
dijadikan pangsa pasar oleh negara – negara maju. Selain itu negara sedang
berkembang hanya mampu mengekspor bahan mentah yang kemudian diolah oleh negara
maju dan kemudian di re ekspor ke negara sedang berkembang. Sehingga nilai
tambah dan keutungan hasil produksi hanya akan dinikmati oleh negara – negara
maju yang memiliki keunggulan dari segi teknologi maupun kualitas sumber daya
manusia.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apakah yang dimaksud teori Heckscher – Ohlin
dan baagaimanakah asumsi yang menjadi dasar serta hasil hipotesis teori
Heckscher – Ohlin?
2.
Apa saja faktor yang mempengaruhi perdagangan
internasional menurut teori Heckscher – Ohlin dan bagaimana model keseimbangan
teori Heckscher -Ohlin?
3.
Bagaimanakah sanggahan serta kritik terhadap teori Heckscher – Ohlin?
1.3
Tujuan
1.
Menegtahui teori Heckscher – Ohlin dan asumsi
yang menjadi dasar serta hipotesis teori Heckscher – Ohlin.
2.
Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi
perdagangan internasional menurut teori Heckscher – Ohlin dan model
keseimbangan teori Heckscher –Ohlin.
3.
Mengetahui sanggahan serta kritik terhadap teori
Heckscher – Ohlin.
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1
Teori Heckscher – Ohlin
Teori
modern Perdagangan Internasional adalah teori yang dikemukakan pertama kali
oleh Bertil Ohlin dalam bukunya interregional and International Trade
(1933). Sebagian dari teori Bertil Ohlin didasarkan atas
tulisan gurunya, yaitu Eli Heckscher, sehingga teori ini lebih dikenal dengan
teori Heckscher-Ohlin atau disingkat dengan Teori H-O.
Dalam
analisisnya, teori H-O menggunakan dua kurva. Pertama adalah kurva isocost, yaitu
kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama, dan kedua adalah kurva isoquant,
yaitu kurva yang menggambarkan total produksi yang
sama. keseimbangan akan terjadi apabila kurva isocost bersinggungan
dengan kurva isoquant. Jadi pada titik
persinggungan tersebut akan terjadi produksi yang optimal dengan biaya tertentu.
Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan
mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas. Teori H-O menyatakan
penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara,
sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang
dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai .The
Proportional Factor Theory.. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor
produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan
spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya,
masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut
memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.
2.1.1
Asumsi dan Kelemahan Asumsi Teori Heckscher - Ohlin
Teori H- O didasarkan pada asumsi – asumsi
sebagai berikut:
1.
Ada 2 negara, 2 barang dan 2 faktor produksi.
Maksudnya masing – masing negara ( negara 1 dan negara 2) harus memiliki 2
barang yang berbeda (mis: barang X dan Barang Y) untuk dipedagangkan selain itu masing –
masing negara menggunakan 2 faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal
(K).
2.
Kedua negara menggunakan teknologi yang sama
dalam produksi.
Jadi jika faktor harga sama di kedua negara, maka
produsen di kedua negara akan menggunakan secara tegas jumlah L dan K yang sama
dalam produksi masing – masing negara. Karena faktor harga biasanya berubah,
produsen di tiap negara akan menggunakan lebih banyak faktor yang relatif murah
di negara tersebut untuk meminimumkan biaya produksi.
3.
Barang X padat tenaga kerja (L) dan Barang Y
padat Modal (K) dikedua negara.
Ini berarti bahwa barang X memerlukan relatif banyak L
untuk menghasilkan dari pada barang Y di kedua negara. Ini berarti L/KX lebih
tinggi dari pada L/KY.
4.
Constant return to scale dalam 2 produksi
barang di kedua negara
Ini berarti pertambahan jumlah L dan K yang digunakan
dalam produksi berbeda barang akan menambah output komoditi dalam produksi yang
sama.
5.
Spesialisasi tak sempurna(incomplete) dalam
produksi di kedua negara.
Ini berarti bahwa meskipun dengan perdagangan bebas,
kedua negara tetap memproduksi duamacam barang.
6.
Selera yang sama di kedua negara
Ini berarti bahwa preferensi permintaan di kedua negara
digambarkan dalam bentuk kurva dan lokasi kurva indiferen yang identik.
7.
Persaingan sempurna di kedua barang dan
faktor pasar di kedua negara.
Ini berarti bahwa produsen, konsumen, dan pedagang
baarang X dan Y di kedua negara terlalu keci atau tidak bisa mempengaruhi harga
barang.
8.
Mobilitas faktor secara sempurna di tiap
negara, tetapi tidak dalam mobilitas faktor internasional.
Ini berarti bahwa L dan K bebas untuk bergerak dari
daerah dan industri – industri dengan pendapatan rendah ke daerah dan industri
dengan pendapatan yang tinggi untuk tipe yang sama dari L dan K adalah sama
diseluruh daerah, pemakai dan industri negara, tetapi tidak bebass bergerak
untuk faktor internasional.
9.
Tidak ada biaya transportasi,tarif, atau
halangan lainnya dalam aliran perdagangan internasional yang bebas.
ini berarti bahwa spesialisasi produksi berjalan terus
sampai harga relatif atau absolut sama di kedua negara dengan perdagangan.
10. Semua sumber daya produktif atau faktor
produksi pada masing-masing negara dapat dikerahkan secara penuh dalam kegiatan
produksi.
Jadi, semua sumber
daya yang ada di dalam suatu negara secarapenuh digunakan untuk kegiatan
produksi dalam negara tersebut.
11. Perdagangan internasional yang terjadi
sepenuhnya seimbang (total nilai ekspor sama dengan total nilai impor).
Jadi, dalam
hubungan perdagangan tersebut kedua negara memiliki total nilai ekspor dan
impor yang sama.
Sama
dengan teori – teori lainnya, Asumsi dari teori H –O juga terdapat kelemahan.
Kelemahan tersebut antara lain:
Kelemahan asumsi teori H – O.
1.
Asumsi
bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam memproduksi adalah
tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi
yang berbeda.
2.
Asumsi
persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi
masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara
industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum
bisa dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.
3.
Asumsi
tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor secara
internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang
menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. Maknanya
adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi validitas model
H-O.
4.
Asumsi
spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan
perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang masih
memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.
Kondisi
fakta terkini yang tidak sesuai dengan asumsi teori H-O , antara lain:
1.
kondisi permintaan dan penawaran komoditas
perdagangan senantiasa mengalami perubahan karena variabel yang mempengaruhinya
senantiasa berubah.
2. teori
perdagangan terbaru menyatakan bahwa pengetahuan, dan pengetahuan adalah
variabel penentu keputusan perdagangan dan investasi.
3. jumlah dan kualitas faktor produksi dan
teknologi berubah dari waktu ke waktu; serta
4. variabel
ongkos transportasi diperhitungkan.
2.1.2 Hiportesis Teori Heckscher – Ohlin
hipotesis yang telah
dihasilkan oleh Teori Heckcher - ohlin, antara lain:
1.
produksi barang ekspor di tiap negara naik,
sedangkan produksi barang impor di tiap negara turun.
2.
harga atau biaya produksi suatu barang akan
ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
masing-masing negara.
3.
harga labor di kedua negara cenderung sama,
harga barang X di kedua negara cenderung sama demikian pula harga barang Y di
kedua negara cenderung sama.
4.
perdagangan akan terjadi antara negara yang
kaya kapital dengan negara yang kaya labor.
5.
masing-masing negara akan cenderung melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut
memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk melakukan
produksi. Sehingga negara yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital dan
impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan
impornya padat kapital.
2.2
Faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional menurut teori Heckscher –
Ohlin.
2.2.1
Faktor Intensitas (intensive)
Barang Y disebut capital intensive jika
capital labor ratio (K/L) yang digunakan dalam menghasilkan Y lebih besar dari
pada K/L yang digunakan dalam menghasilkan X.
Contoh: jika untuk menghasilkan 1 unit barang
Y dibutuhkan 2 unit kapital (2K) dan 2 unit tenga kerja (2L), maka K/L = 2/2
=1, jika dalam waktu yang sama 1 K dan 4L dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit
barang X, maka K/L = 1/4 . Karena K/L= ¼, maka dapat dikatakan bahwa Y adalah
capital intensie dan X adalah labor intensive.
Hal penting dalam mengukur intensitas tenaga
kerja dan modal dari 2 barang adalah jumlah kapital per unit labor (K/L) dan
bukan jumlah total dari kapital dan tenaga kerja yang digunakan dalam
menghasilkan barang – barang tersebut.
contoh: jika untuk menghasilkan 1 unit barang
X dibutuhkan 3K dan 12L, sedangkan unit 1 unit barang Y dibutuhkan 2K dan 2L,
maka barang Y akan tetap merupakan capital intensive. Karena K/L lebih tinggi
untuk Y dari pada untuk X, sehingga K/Ly = 2/2 = 1 dan K/L = 3/12 = ¼.
Jika modal digambarkan sepanjang sumbu
vertikal dan teanga kerja sepanjang sumbu horisontal, sedangkan produksi berada
sepanjang garis lurus dari orign, maka slope garis akan mengukur ratio modal –
tenag kerja ( K/L) di dalam produksi barang tersebut. Hal ini ditunjukkan dalam
gambar berikut:

gambar. faktor intensitas untuk komoditas X
dan Y di negara 1 dan 2.
Di negara 1, K/L = 1 untuk barang Y dan K/L =
¼ untuk barang X. Angka – angka ini diberikan oleh slope garis dari origin
untuk masing – masing barang di negara 1. Jadi barang Y merupakan barang
intensif modal di negara 1. Di negara 2, K/L = 4 dan K/L = 1 untuk X.
Jadi barang Y merupakan barang intensif modal
dan barang X merupakan barang intensif tenaga kerja di kedua negara. Negara 2
mengggunakan K/L yang lebih tinggi dari pada negara 1 dalam menghasilkan kedua
barang karena harga relatif dari modal (r/w) lebih rendah di negara 2. Jika r/w
tmenurun, produsen akan menggantikan K untuk L kedua barang untuk meminimumkan
biaya produksi mereka. Sebagai hasilnya K/L akan naik di kedua barang tersebut.
Negara 2 menggunakan lebih banyak teknik
produksi dari pada di negara 1, karena modal relatif lebih murah di negara 2
dari pada negara 1, sehingga produsen di negara 2 secara relatif menggunakan
lebih banyak modal dalam mengahasilkan kedua barang itu untuk meminimumkan
biaya produksi.
2.2.2 Faktor Kelimpahan ( Abundant)
Ada 2 cara untuk menetapkan faktor
kelimpahan, yaitu:
1.
berdasarkan unit fisik
contoh: negara 2 kaya raya akan modal
(capital abundant) jika perbandingan antara jumlah total dari modal dengan
jumlah total dari tenaga kerja yang tersedia negara 2 lebih besar dari pada
negara 1 (TK/TL negara 2 TK/TL negara 1).
2.
berdasarkan perbandingan harga
contoh: negara 2 kaya raya akan modal jika
perbandingan antara harga modal yang disewakan dengan harga dari jam kerja
adalah lebih rendah di negara 2 dari pada di negara 1 (PK/Pl negara 2 PK/PL
negara 1).
Hubungan antara 2 definisi faktor kelimpahn
adalah jelas. Definisi berdasarkan unit fisik hanya mempertimbangkan faktor –
fsktor penawaran. Definisi berdasarkan perbandingan harga mempertimbangkan baik
faktor penawaran maupun faktor permintaan.
·
Faktor Kelimpahan dan Bentuk Kurva Batas
Produksi
Selama negara 2 mempunyai
modal yang berlimpah dan barang Y adalah intensif modal. Negara 2 dapat
menghasilkan relatif lebih bayak barang Y dari pada negara 1. Di pihak lain,
negara 1 mempunyai tenaga kerja yang melimpah
dan barang X intensif tenaga kerja, negara 1 dapat menghasilkan relatif lebih
banyak barang X dari pada negara 2. Ini memberikan batas produksi untuk negara
1 yang relatih lebih lebar dibanding negara 2 ( bila X sepanjang garis
horisontal).
Di bawah ini adalah kurva
bentuk batas produksi negara 1 dan negara 2.

2.2.3 Faktor Endowment
Faktor endowmwnt merupakan seluruh potensi
atau kekayaan suatu negara yang dapat digambarkan dengan production possibility
curve. Taste atau pola konsumsi dapat digambarkan dengan indiferen curve.
Model H –O sering ditiunjukkan sebagai faktor
perbandingan atau faktor teori endowment, yang sama setiap negara
berspesialisasi dan mengekspor komoditi yang intensif pada faktor yang relatif
lebih berlimpah dan murah, dan mengimpor komoditi yang intensif pada faktor yang
relatif langka dan mahal.
Teorema H – O merupakan keuntungan komparatif
dari pada mengasumsikannya. Jadi teorema H – O adalah dalil yang menyatakan
bahwa perbedaan dalam faktor kelimpahan dan harga barang relatif diantara 2
negara. Perbedaan kemudian ditranslasikan ke dalam perbedaan dalam harga barang
dan faktor absolut di antara 2 negara.
Perdagangan 2 negara dapat dilakukan dengan 3
cara:
1.
Faktor endowment yang berbeda, taste yang
sama.
Contoh: Negara – negara
Eropa seperti Inggris dan Prancis memiliki taste yang sama – sama makan roti
yang terbuat dari tepung gandum. tetapi setiap negara Eropa memiliki kekayaan
alam yang berbeda, faktor produksi tanah, tenaga kerja, pemilikan modaldan
pengetahuan manajerial skill yang tidak sama.
2.
Faktor endowment yang sama, taste yang
berbeda.
Contoh: Italia dan Myanmar
yang memiliki luas tanah yang sama tetapi pola konsumsi (taste) yang berbeda.
Negara Italia sanggup memproduksi gandum di atas tanahnyadengan iklim dan
kesuburan tanahnya yang sama dengan potensi
negara Myanmar. Dengan demikian negara Italia sanggup memproduksi beras
di tanah yang sama dengan kesuburan tanah di negara Myanmar. Tetapi negara
Italia lebih menyukai gandum dari pada beras. Sebaliknya negara Myanmar lebih
menyukai beras dari pada gandum. Sehingga harga gandum lebih tinnggi daripada
harga berass di negara Italia, sebaliknya harga beras lebih tinggi daripada
harga gandum dinegara Myanmar. Akibatnya, negara Italia akan menanam gandum
lebih banyak dari pada menanam padi, walaupun di tanah – tanah yang kurang
sesuai dengan gandum, tetapai lebih sesuai dengan baru menurut iklim dan
kesuburannya. Sehingga produktivitas gandum di tanah – tanah yang kurang sesuai
tersebut menjadi rendah. Begitu pula dengan negara Myanmar, lebih banyak
memproduksi beras walaupun sebagian ditanam di tanah – tanah yang kurang sesuai
untuk padi tetapi lebih sesuai untuk gandum. Sehinnga hal tersebut akan
mengakibatkan perdagangan antar negara.
3.
Faktor endowment sama, taste sama.
Contoh: Negara Inggris dan
negara Jepang adalah negara yang mempunyai potensi produksi dan pola konsumsi
yang sama yaitu dalam memproduksi dan mengkonsumsi mobil dan alat – alat
pertanian. Kemungkinan terjadinya perdagangan internasional adalah kemungkinan
produksi masal yang menghasilkan internal atau eksternal, yaitu menimbulkan
semakin menurunnya ongkos – ongkos produksi atau semakin meningkatnya
penghasilan.
Perbedaan faktor endowment dapat menimbulkan
perbedaan dalam keunggulan komparatif dan selanjutnya akan menimbulkan
perdagangan.
Contoh dari teorema H – O.
Teorema H – O diilustrasikan dalam gambar
berikut:
Model
Heckscher – Ohlin
Kurva
indiferen 1 umum bagi kedua negara karena asumsi persamaan selera. Kurva
indiferen 1 ini menyinggung kurva batas produksi negara 1 pada titik A dan
negara 2 pada titik A’. Hal ini menentukan keseimbangan harga barang relatif
sebeleum perdagangan di negara 1 di PA, dan negara 2 di PA’
( gambar sebelah kiri). Bila PA PA’,
negara 1 memiliki keuntungan komparatif pada barang X dan negara 2 pada barang
Y. Dengan perdagangan (gambar kanan)
negara 1 berproduksi pada titik B dengan menukarkan barang X dengan barang Y
dan mencapai titik E dalam konsumsi (segitiga BCE). Negara 2 berproduksi pada
B’ dan dengan menukarkan barang Y untuk barang X memperoleh titik E’ (yang
serupa dengan tirik E). Kedua negara mereka berkonsumsi pada kurva indiferen II
yang lebih tinggi.
2.2.4
Persamaan Faktor Harga dan Distribusi Pendapatan
a. Teorema Persamaan Harga Faktor
Teorema persamaan harga H – O dinyatakan
sebagai berikut:
Perdagangan internasional akan menghasilkan
persamaan (equalisasi) dalam keuntungan absolut dan relatif pada faktor –
faktor homogen yang melewati negara – negara.
Hal ini bererti bahwa perdagangan internasional
akan menyebabkan upah tenaga kerja yang homogen sama diseluruh negara – negara
yang berdagang. Dengan kata lain, perdagangan internasional akan menyebabkan
keuntungan dari modal yang homogen sama
di negara – negara tersebut.
Perdagangan intenasional tidak hanya
cenderung mengurangi perbedaan keuntungan pada faktor – faktor homogen
internasional, tetapi dalam kenyataannya akan menghasilkan persamaan sempurna
dalam harga faktor relatif pada saat seluruh asumsi yang telah dibuat
digunakan.
Hal ini karena selama harga faktor relatif
berbeda, maka harga barang relatif juga berbeda dan perdagangan akan terus
meluas. Tetapi perluasan dari perdangan mengurangi perbedaan dalam harga faktor
di antara negara – negara. Jadi perdagangan internasional akan terus meluas
sampai harga barang relatif disamakan secara sempurna, yang berarti bahwa harga
faktor relatif juga akan sama dalam 2 negara.
b. Pengaruh Perdagangan pada Distribusi
Pendapatan
Perdagangan internasional cenderung
menyamakan w dan r di kedua negara. Ketika ingin menguji bagaimana perdangan
mempengaruhi upah riil (w) dan pendapatan tenaga kerja riil dalam hubungannya
dengan tingkat bunga riil dan pendapatan dari pemilikan modal dalam negara yang
sama sebagai hasil sebagai perdagangan internasional.
Perdagangan internasional meningkatkan harga
faktor – faktor yang murah dan berlimpah dari suatu negara dan mengurangi harga
faktor yang langka dan mahal. Bila tenaga kerja dan modal diasumsikan tetap
digunakan sepenuhnya sebelum dan sesudah perdagangan, pendapatan tenaga kerja
riil dan pendapatan riil dari pemiikan modal bergerak dalam arah yang sama
setelah pergerakan dalam harga faktor. Jadi perdagangan menyebabkan pendapatan
tenaga kerja riil meningkat dan pendapatan dari pemilikan modal turun di negara
yang tenaga kerjanya murah dan modalnya mahal. Di pihak lain, perdagangan
internasional menyebabkan pendapatan tenaga kerja riil turun dan pendapatanriil
dari pemilikan modal naik di negara yang tenaga kerjanya mahal dan modalnya
murah.
Di negara maju yang kaya modal, perdaganga
internasional cenderung mengurangi pendapatan tenga kerja riil dan meningkatkan
pendapatan riil dari pemilikan modal. Sedangkan di negara yang kurang maju
dimana tenaga kerjanya melimpah, perdagangan internasional akan meningkatkan pendapatan
tenaga kerja riil dan mengurangi pendapatan pemilikan modal. Akibat ini,
bagaimanapun didasarkan pada asumsi bahwa faktor – faktor bergerak secara
sempurna diantara industri – industri di suatu negara.
Menurut teori H – O, perdagangan internasional
menyebabkan upah riil dan pendapatan tenaga kerja riil turun di negara yang
kaya modal dan langka tenaga kerja.
c. Relevansi Empiris
Dalam berbagai peristiwa, teorema persamaan
harga faktor bermanfaat karena mengidentifikasikan variabel – variabel yang
sangat penting yang mempengaruhi harga faktor dan menyediakan wawasan penting
ke dalam sifat keseimbangan umum dari model perdangangan dan perekonomian
secara umum.
Teorema persamaan harga faktor tidak
mengatakan bahwa perdagangan internasional akan menghapus atau mengurangi
perbedaan internasional dalam pendapatan per kapita. Teorema tersebut hanya
meramalkan bahwa perdagangan internasional akan menghapus atau mengurangi
perbedaan internasional dalam keuntungan faktor – faktor homogen. pendapatan
per kapita tergantung pada kekuatan – kekuatan lain yang tidak secara langsung
berhubungan dengan teorema tersebut. Kekuatan – kekuatan ini meliputi ratio
dari tenaga kerja terlati dan tenaga kerja tidak terlatih, tingkat partisipasi
dalam angkatan kerja, tingkat ketergantungan, tiap usaha yang dibuat oleh
pekerja dsb.
2.3.1 Model Keseimbangan Teori Heckscher –
Ohlin.
Model H – O dapat digunakan untuk menelusuri
pengaruh dari suatu perubahan dalam berbagai kekuatan ekonomi melalui
perekonomian suatu negara dan dalam perdagangan
internasional.
Sebagai contoh: dimisalkan selera berubah di
negara 1 ( kaya tenaga kerja dan langka modal) sehingga konsumen meminta lebih
banyak barang X ( barang intensif tenaga kerja ) dan sedikit barang Y ( barang
intensif modal). Misalkan negara 1
adalah negara India, barang X adalah tekstil dan barang Y adalah makanan.
Dimulai dari posisi keseimbangan sebelum
perdagangan, perubahan selera ini meningkatkan harga relatif tekstil di India.
Hal ini dapat divisualisasikan dalam kenyataan bahwa kumpulan dari kurva
indiferen dari India bergeser ke arah sumbu X sehingga suatu kurva indiferen
menyinggung bagian yang curam dari kura batas produksi India setelah
meningkatnya permintaan akan tekstil.
Setalah harga relatif tekstil meningkat,
produsen domestik negara India akan mengalihkan tenaga kerja dan modal dari
produksi tekstil. Bila tekstil adalah intensif tenaga kerja dalam hubungannya
dengan makanan, permintaan akan tenaga kerja dan tingkat upah akan naik di
India. Pada waktu yang sama, permintaan akan makanan dan permintaan serta harga
dari modal akan turun. Dengan tenaga kerja yang secara relatif menjadi lebih
mahal, para produsen di India akan modala untuk tenaga kerja dalam produksi
baik tekstil maupun makanan. Jadi, K/L akan meningkat dalam produksi kedua
macam barang tersebut di India.
Walaupun dengan kenaikan dalam upah relatif
dan dalam harga relatif dan dalam harga relatif dari tekstil, India tetap
merupakan yang kaya akan tenaga kerja
dan dengan upah rendah dibandingkan dengan negara seperti USA.
2.3 Sanggahan dan Kritik Teori Heckscher –
Ohlin
2.3.1 Sanggahan Terhadap Teori Heckscher –
Ohlin
Berbagai bukti empiris pada umumnya menolak adanya
pendangan bahwa perbedaan dalam kepemilikan sumber daya menjadi faktor penentu
munculnya pola-pola tertentu perdagangan internasional, baik berupa barang maupun
faktor produksi. Dalam realitanya, perbedaan teknologilah yang memiliki peran
vital dalam membentuk pola perdagangan dunia. Meskipun seperti itu, kehadiran
model Heckscher-Ohlin tetap dipandang mampu memberikan manfaat besar, terutama
untuk memahami dampak perdagangan terhadap distribusi pendapatan yang ada.
2.3.2 Kritik Terhadap Teori Heckscher
- Ohlin
a. Kritik terhadap Hasil
Hipotesis Teori H – O
1.
Berdasar teori H – O perbedaan harga barang
sejenis dapat terjadi karena adanya perbedaan proporsi atau jumlah faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara dalam memproduksi barang tersebut,
sehingga apabila jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
masing-masing negara relatif sama,maka harga barang sejenis akan sama pula
sehingga perdagangan internasional sulit terjadi.
2.
Fakta yang ada dalam dunia nyata menunjukkan
walaupun jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masingmasing negara
relatif sama sehingga harga barang sejenis relatif sama, ternyata perdagangan
internasional tetap dapat terjadi.
3.
Teori H-O masih merupakan teori perdagangan
internasional komparatif statik(SihPrapti E., 1991). Sehingga asumsi klasik dan
neoklasik yang menganggap hampir semua besaran variabel dalam perekonomian
adalah statik, tidak berubah atau diasumsikan exogeneous (perubahan ditentukan
di luar model). Padahal fakta yang terjadi adalah terjadi perubahan secara
terus menerus pada variabel dan perubahannya terjadi didalam model
(endogeneous). Kondisi menyebabkan aplikasi teori H-O menjadi terbatas, atau tidak
dapat diterapkan secara umum. Oleh karena itu teori hanya dapat menjelaskan
terjadinya perdagangan antara negara yang kaya tenaga kerja dengan negara yang
kaya kapital, dimana hanya merupakan sekitar 40 persen dari volume perdagangan
dunia.
b.
Kritik para Ahli
1.
Kritik Linder
Adanya asumsi yang dikemukakan teori H-O bahwa perdagangan internasional
terjadi karena kedua negara memiliki selera yang sama dibantah oleh Staffan
Brensstam Linder, seorang ekonom pencetus teori Linder dari Swedia. Asumsi yang
diusung teori H-O sudah tidak relevan lagi untuk saat ini. Dalam teorinya,
Linder mengatakan bahwa selera konsumen disetir oleh tingkat pendapatan.
Adanya selera ini akan menciptakan permintaan. Berbeda dengan teori H-O
yang berbicara dari sisi penawaran karena fokusnya ada pada tersedianya sumber
daya yang mendorong suatu negara untuk mengahasilkan produk yang diminati.
Produk yang dinikmati itu diklaim sebagai cerminan dari selera, sehingga dari
sini muncullah ekspor.
2.
Kritik Raymond Vernon
Vernon mengatakan bahwa teori H-O hanya menjelaskan 40% dari volume
perdagangan internasional, sedangkan fenomena perdagangan negara maju sebesar
60% belum dijelaskan. Kritik ini akhirnya menimbulkan teori baru bernama teori
Siklus Produksi (Product Life Cycle). Sesuai dengan judulnya, teori
ini menitikberatkan adanya perubahan pada produk yang menghasilkan produk baru
serta pengaruhnya terhadap perdagangan internasional. Dalam teori ini ada 3
tahap siklus prduksi, yakni sebagai berikut.
·
Tahap produksi yang baru sebagai produk
perkenalan dan biasanya hanya dinikmati oleh penduduk dalam negeri saja.
·
Tahap pengembangan, di mana produk dibuat
selain untuk dikonsumsi sendiri juga dibuat untuk kepentingan ekspor.
Dengan
alasan skala ekonomi, untuk tahap ketiga justru negara yang menjadi pioner
penjualan produk itu mengubah fungsinya dari eksportir menjadi importir. Dari
sini dapat dikatakan bahwa teori ini menempatkan comparative advantage yang
dinamis karena negara yang menjadi pengekspor melewati tahapan siklus suatu produk.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori H –O merupakan teori yang dikemukan oleh Bertil Ohlin. Sebagian dari teori
Bertil Ohlin didasarkan atas tulisan gurunya, yaitu Eli Heckscher,
sehingga teori ini lebih dikenal dengan teori Heckscher-Ohlin atau disingkat
dengan Teori H-O. Terdapat beberapa asumsi dalam teori tersebut, namun
asumsi tersebut juga memilki kelemahan. Terdapat beberapa faktor yang terdapat
dalam teori H – O , yaitu faktor intentitas ( intensive factor), faktor kelimpahan
( abundant) dan faktor endowment. Teori H – O mendapat sanggahan dan juga
kritik, baik asumsi maupun hasil
hipotesis teori H - O. Kritik tersebut ada juga yang dari beberapa ahli, antara
lain dari Linder yang membantah bahwa perdagangan internasional terjadi karena
kedua negara memiliki selera yang sama, menurutnya hal tersebut tidak relevan
untuk saat ini. Selain Linder, Raymond Vernon juga mengkritik teori H – O . Vernon
mengatakan bahwa teori H-O hanya menjelaskan 40% dari volume perdagangan internasional,
sedangkan fenomena perdagangan negara maju sebesar 60% belum dijelaskan. Kritik
ini akhirnya menimbulkan teori baru bernama teori Siklus Produksi.
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Buku:
Boediono.1981. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE.
Jamli, Ahmad. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: MW
Mandala.
Waluya, Harry.1995. Ekonomi Internasional. Jakarta: Rineka
Cipta.
Web:
Bertil
Ohlin dan Teori Heckscher – Ohlin, Diakses dari : http://www.bimbie.com/bertil-ohlin.htm.
Pada tanggal: 27 Maret 2015.
Darwanto. Model Perdagangan Heckscher – Ohlin.
Diakses dari: http://eprints.undip.ac.id/789/1/Model_Perdagangan_HO_Darwanto.pdf.
Pada
tanggal: 25 Maret 2015.
Faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Internasional. Diakses dari: http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/12/faktor-penyebab-terjadinya-perdagangan-internasional.html.
Pada
tanggal: 20 Maret 2015.
Mengenal Teori Ekonomi Modern:
Heckscher – Ohlin. Diakses dari: http://www.bimbie.com/mengenal-teori-ekonomi-modern.htm.
Pada tanggal: 29 Maret 2015.
Silv,
Viani. Teori Heckscher – Ohlin. (teori H – O). Diakses dari : https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/23/teori-heckscher-ohlin-teori-h-o/.
Pada tanggal: 29 Maret 2015.
Nggak nyangka ketemu blog ini, terimakasih meterinya sangat membantu sekali ekaaaa :D
BalasHapus