Selasa, 03 November 2015

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MENURUT TEORI MODERN



BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika membicarakan ekonomi internasional maka tidak akan lepas dari teori perdagangan antar negara dan juga faktor – faktor yang mempengaruhi perdagangan tersebut. Secara mendasar teori yang menjelaskan tentang perdagangan internasional terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu teori praklasik merkantilis, teori klasik, dan  teori modern.
            Negara – negara yang melakukan perdagangan internasional disebabkan beberapa faktor, antara lain perbedaan sumber daya alam, perbedaan faktor produksi, kondisi ekonomis yang berbeda, tidak semua negara dapat memproduksi sendiri suatu barang, adanya persaingan antarpengusaha dan antarbangsa, dan selera (kesukaan).
Pada dasarnya keunggulan komparatif adalah faktor fundamental yang menentukan pola perdagangan internasional. Ketika suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada suatu barang tertentu, maka negara tersebut akan mengekspor hasil produksinya, namun ketika suatu negara merasa tidak unggul dalam memproduksi suatu barang,  maka negara tersebut akan lebih memilih mengimpor dari negara lain dengan tujuan menekan biaya produksi dan juga mencari keuntungan.
Menurut teori Heckscher – ohlin , Perdagangan internasional terjadi disebabkan perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain, pertukaran dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam jumlah proporsi faktor produksi yang dimiliki (factor endowment) masing-masing negara.  Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya.  Sebaliknya,  negara  akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal.
Bagi negara sedang berkembang mungkin perdagangan internasional tidak memberikan keuntungan yang besar, namun justru memberikan kerugian. Karena negara – negara sedang berkembang sebagian besar hanya dijadikan pangsa pasar oleh negara – negara maju. Selain itu negara sedang berkembang hanya mampu mengekspor bahan mentah yang kemudian diolah oleh negara maju dan kemudian di re ekspor ke negara sedang berkembang. Sehingga nilai tambah dan keutungan hasil produksi hanya akan dinikmati oleh negara – negara maju yang memiliki keunggulan dari segi teknologi maupun kualitas sumber daya manusia.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud teori Heckscher – Ohlin dan baagaimanakah asumsi yang menjadi dasar serta hasil hipotesis teori Heckscher – Ohlin?
2.      Apa saja faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional menurut teori Heckscher – Ohlin dan bagaimana model keseimbangan teori Heckscher -Ohlin?
3.      Bagaimanakah sanggahan serta kritik terhadap teori  Heckscher – Ohlin?

1.3 Tujuan
1.      Menegtahui teori Heckscher – Ohlin dan asumsi yang menjadi dasar serta hipotesis teori Heckscher – Ohlin.
2.      Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional menurut teori Heckscher – Ohlin dan model keseimbangan teori Heckscher –Ohlin.
3.      Mengetahui  sanggahan serta kritik terhadap teori Heckscher – Ohlin.
















BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Teori Heckscher – Ohlin
Teori modern Perdagangan Internasional adalah teori yang dikemukakan pertama kali  oleh Bertil Ohlin dalam bukunya interregional and International Trade (1933).  Sebagian dari teori Bertil  Ohlin didasarkan atas tulisan gurunya, yaitu Eli Heckscher, sehingga teori ini lebih dikenal dengan teori Heckscher-Ohlin atau disingkat dengan  Teori H-O.
Dalam analisisnya, teori H-O menggunakan dua kurva.  Pertama adalah kurva isocost,  yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama, dan kedua adalah kurva isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total produksi yang sama.  keseimbangan akan terjadi apabila  kurva isocost bersinggungan dengan kurva isoquant.  Jadi pada titik persinggungan tersebut akan terjadi produksi yang optimal dengan biaya tertentu.
Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai .The Proportional Factor Theory.. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.
2.1.1 Asumsi dan Kelemahan Asumsi Teori Heckscher - Ohlin
Teori H- O didasarkan pada asumsi – asumsi sebagai berikut:
1.      Ada 2 negara, 2 barang dan 2 faktor produksi. Maksudnya masing – masing negara ( negara 1 dan negara 2) harus memiliki 2 barang yang berbeda (mis: barang X dan Barang Y)  untuk dipedagangkan selain itu masing – masing negara menggunakan 2 faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K).
2.      Kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam produksi.
Jadi jika faktor harga sama di kedua negara, maka produsen di kedua negara akan menggunakan secara tegas jumlah L dan K yang sama dalam produksi masing – masing negara. Karena faktor harga biasanya berubah, produsen di tiap negara akan menggunakan lebih banyak faktor yang relatif murah di negara tersebut untuk meminimumkan biaya produksi.
3.      Barang X padat tenaga kerja (L) dan Barang Y padat Modal (K) dikedua negara.
Ini berarti bahwa barang X memerlukan relatif banyak L untuk menghasilkan dari pada barang Y di kedua negara. Ini berarti L/KX lebih tinggi dari pada L/KY.
4.      Constant return to scale dalam 2 produksi barang di kedua negara
Ini berarti pertambahan jumlah L dan K yang digunakan dalam produksi berbeda barang akan menambah output komoditi dalam produksi yang sama.
5.      Spesialisasi tak sempurna(incomplete) dalam produksi di kedua negara.
Ini berarti bahwa meskipun dengan perdagangan bebas, kedua negara tetap memproduksi duamacam barang.
6.      Selera yang sama di kedua negara
Ini berarti bahwa preferensi permintaan di kedua negara digambarkan dalam bentuk kurva dan lokasi kurva indiferen yang identik.
7.      Persaingan sempurna di kedua barang dan faktor pasar di kedua negara.
Ini berarti bahwa produsen, konsumen, dan pedagang baarang X dan Y di kedua negara terlalu keci atau tidak bisa mempengaruhi harga barang.
8.      Mobilitas faktor secara sempurna di tiap negara, tetapi tidak dalam mobilitas faktor internasional.
Ini berarti bahwa L dan K bebas untuk bergerak dari daerah dan industri – industri dengan pendapatan rendah ke daerah dan industri dengan pendapatan yang tinggi untuk tipe yang sama dari L dan K adalah sama diseluruh daerah, pemakai dan industri negara, tetapi tidak bebass bergerak untuk faktor internasional.
9.      Tidak ada biaya transportasi,tarif, atau halangan lainnya dalam aliran perdagangan internasional yang bebas.
ini berarti bahwa spesialisasi produksi berjalan terus sampai harga relatif atau absolut sama di kedua negara dengan perdagangan.
10.  Semua sumber daya produktif atau faktor produksi pada masing-masing negara dapat dikerahkan secara penuh dalam kegiatan produksi.
Jadi, semua sumber daya yang ada di dalam suatu negara secarapenuh digunakan untuk kegiatan produksi dalam negara tersebut.
11.  Perdagangan internasional yang terjadi sepenuhnya seimbang (total nilai ekspor sama dengan total nilai impor).
Jadi, dalam hubungan perdagangan tersebut kedua negara memiliki total nilai ekspor dan impor yang sama.
Sama dengan teori – teori lainnya, Asumsi dari teori H –O juga terdapat kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain:
Kelemahan asumsi teori H – O.
1.      Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi yang berbeda.
2.      Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.
3.      Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor secara internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi validitas model H-O.
4.      Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang masih memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.
Kondisi fakta terkini yang tidak sesuai dengan asumsi teori H-O , antara lain:
1.    kondisi permintaan dan penawaran komoditas perdagangan senantiasa mengalami perubahan karena variabel yang mempengaruhinya senantiasa berubah.
2.    teori perdagangan terbaru menyatakan bahwa pengetahuan, dan pengetahuan adalah variabel penentu keputusan perdagangan dan investasi.
3.     jumlah dan kualitas faktor produksi dan teknologi berubah dari waktu ke waktu; serta
4.    variabel ongkos transportasi diperhitungkan.
2.1.2 Hiportesis Teori Heckscher – Ohlin
hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori Heckcher - ohlin, antara lain:
1.      produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap negara turun.
2.      harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
3.      harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang X di kedua negara cenderung sama demikian pula harga barang Y di kedua negara cenderung sama.
4.      perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya kapital dengan negara yang kaya labor.
5.      masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi. Sehingga negara yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital dan impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya padat kapital.
2.2 Faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional menurut teori Heckscher – Ohlin.
2.2.1 Faktor Intensitas (intensive)
Barang Y disebut capital intensive jika capital labor ratio (K/L) yang digunakan dalam menghasilkan Y lebih besar dari pada K/L yang digunakan dalam menghasilkan X.
Contoh: jika untuk menghasilkan 1 unit barang Y dibutuhkan 2 unit kapital (2K) dan 2 unit tenga kerja (2L), maka K/L = 2/2 =1, jika dalam waktu yang sama 1 K dan 4L dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit barang X, maka K/L = 1/4 . Karena K/L= ¼, maka dapat dikatakan bahwa Y adalah capital intensie dan X adalah labor intensive.
Hal penting dalam mengukur intensitas tenaga kerja dan modal dari 2 barang adalah jumlah kapital per unit labor (K/L) dan bukan jumlah total dari kapital dan tenaga kerja yang digunakan dalam menghasilkan barang – barang tersebut.
contoh: jika untuk menghasilkan 1 unit barang X dibutuhkan 3K dan 12L, sedangkan unit 1 unit barang Y dibutuhkan 2K dan 2L, maka barang Y akan tetap merupakan capital intensive. Karena K/L lebih tinggi untuk Y dari pada untuk X, sehingga K/Ly = 2/2 = 1 dan K/L = 3/12 = ¼.
Jika modal digambarkan sepanjang sumbu vertikal dan teanga kerja sepanjang sumbu horisontal, sedangkan produksi berada sepanjang garis lurus dari orign, maka slope garis akan mengukur ratio modal – tenag kerja ( K/L) di dalam produksi barang tersebut. Hal ini ditunjukkan dalam gambar berikut:
gambar. faktor intensitas untuk komoditas X dan Y di negara 1 dan 2.

Di negara 1, K/L = 1 untuk barang Y dan K/L = ¼ untuk barang X. Angka – angka ini diberikan oleh slope garis dari origin untuk masing – masing barang di negara 1. Jadi barang Y merupakan barang intensif modal di negara 1. Di negara 2, K/L = 4 dan K/L = 1 untuk X.
Jadi barang Y merupakan barang intensif modal dan barang X merupakan barang intensif tenaga kerja di kedua negara. Negara 2 mengggunakan K/L yang lebih tinggi dari pada negara 1 dalam menghasilkan kedua barang karena harga relatif dari modal (r/w) lebih rendah di negara 2. Jika r/w tmenurun, produsen akan menggantikan K untuk L kedua barang untuk meminimumkan biaya produksi mereka. Sebagai hasilnya K/L akan naik di kedua barang tersebut.
Negara 2 menggunakan lebih banyak teknik produksi dari pada di negara 1, karena modal relatif lebih murah di negara 2 dari pada negara 1, sehingga produsen di negara 2 secara relatif menggunakan lebih banyak modal dalam mengahasilkan kedua barang itu untuk meminimumkan biaya produksi.
2.2.2 Faktor Kelimpahan ( Abundant)
Ada 2 cara untuk menetapkan faktor kelimpahan, yaitu:
1.      berdasarkan unit fisik
contoh: negara 2 kaya raya akan modal (capital abundant) jika perbandingan antara jumlah total dari modal dengan jumlah total dari tenaga kerja yang tersedia negara 2 lebih besar dari pada negara 1 (TK/TL negara 2 TK/TL negara 1).
2.      berdasarkan perbandingan harga
contoh: negara 2 kaya raya akan modal jika perbandingan antara harga modal yang disewakan dengan harga dari jam kerja adalah lebih rendah di negara 2 dari pada di negara 1 (PK/Pl negara 2 PK/PL negara 1).
Hubungan antara 2 definisi faktor kelimpahn adalah jelas. Definisi berdasarkan unit fisik hanya mempertimbangkan faktor – fsktor penawaran. Definisi berdasarkan perbandingan harga mempertimbangkan baik faktor penawaran maupun faktor permintaan.
·         Faktor Kelimpahan dan Bentuk Kurva Batas Produksi
Selama negara 2 mempunyai modal yang berlimpah dan barang Y adalah intensif modal. Negara 2 dapat menghasilkan relatif lebih bayak barang Y dari pada negara 1. Di pihak lain, negara 1 mempunyai tenaga kerja yang  melimpah dan barang X intensif tenaga kerja, negara 1 dapat menghasilkan relatif lebih banyak barang X dari pada negara 2. Ini memberikan batas produksi untuk negara 1 yang relatih lebih lebar dibanding negara 2 ( bila X sepanjang garis horisontal).
Di bawah ini adalah kurva bentuk batas produksi negara 1 dan negara 2.
2.2.3 Faktor Endowment
Faktor endowmwnt merupakan seluruh potensi atau kekayaan suatu negara yang dapat digambarkan dengan production possibility curve. Taste atau pola konsumsi dapat digambarkan dengan indiferen curve.
Model H –O sering ditiunjukkan sebagai faktor perbandingan atau faktor teori endowment, yang sama setiap negara berspesialisasi dan mengekspor komoditi yang intensif pada faktor yang relatif lebih berlimpah dan murah, dan mengimpor komoditi yang intensif pada faktor yang relatif langka dan mahal.
Teorema H – O merupakan keuntungan komparatif dari pada mengasumsikannya. Jadi teorema H – O adalah dalil yang menyatakan bahwa perbedaan dalam faktor kelimpahan dan harga barang relatif diantara 2 negara. Perbedaan kemudian ditranslasikan ke dalam perbedaan dalam harga barang dan faktor absolut di antara 2 negara.
Perdagangan 2 negara dapat dilakukan dengan 3 cara:
1.      Faktor endowment yang berbeda, taste yang sama.
Contoh: Negara – negara Eropa seperti Inggris dan Prancis memiliki taste yang sama – sama makan roti yang terbuat dari tepung gandum. tetapi setiap negara Eropa memiliki kekayaan alam yang berbeda, faktor produksi tanah, tenaga kerja, pemilikan modaldan pengetahuan manajerial skill yang tidak sama.
2.      Faktor endowment yang sama, taste yang berbeda.
Contoh: Italia dan Myanmar yang memiliki luas tanah yang sama tetapi pola konsumsi (taste) yang berbeda. Negara Italia sanggup memproduksi gandum di atas tanahnyadengan iklim dan kesuburan tanahnya yang sama dengan potensi  negara Myanmar. Dengan demikian negara Italia sanggup memproduksi beras di tanah yang sama dengan kesuburan tanah di negara Myanmar. Tetapi negara Italia lebih menyukai gandum dari pada beras. Sebaliknya negara Myanmar lebih menyukai beras dari pada gandum. Sehingga harga gandum lebih tinnggi daripada harga berass di negara Italia, sebaliknya harga beras lebih tinggi daripada harga gandum dinegara Myanmar. Akibatnya, negara Italia akan menanam gandum lebih banyak dari pada menanam padi, walaupun di tanah – tanah yang kurang sesuai dengan gandum, tetapai lebih sesuai dengan baru menurut iklim dan kesuburannya. Sehingga produktivitas gandum di tanah – tanah yang kurang sesuai tersebut menjadi rendah. Begitu pula dengan negara Myanmar, lebih banyak memproduksi beras walaupun sebagian ditanam di tanah – tanah yang kurang sesuai untuk padi tetapi lebih sesuai untuk gandum. Sehinnga hal tersebut akan mengakibatkan perdagangan antar negara.
3.      Faktor endowment sama, taste sama.
Contoh: Negara Inggris dan negara Jepang adalah negara yang mempunyai potensi produksi dan pola konsumsi yang sama yaitu dalam memproduksi dan mengkonsumsi mobil dan alat – alat pertanian. Kemungkinan terjadinya perdagangan internasional adalah kemungkinan produksi masal yang menghasilkan internal atau eksternal, yaitu menimbulkan semakin menurunnya ongkos – ongkos produksi atau semakin meningkatnya penghasilan.
Perbedaan faktor endowment dapat menimbulkan perbedaan dalam keunggulan komparatif dan selanjutnya akan menimbulkan perdagangan.
Contoh dari teorema H – O.
Teorema H – O diilustrasikan dalam gambar berikut:

Model Heckscher – Ohlin                       

Kurva indiferen 1 umum bagi kedua negara karena asumsi persamaan selera. Kurva indiferen 1 ini menyinggung kurva batas produksi negara 1 pada titik A dan negara 2 pada titik A’. Hal ini menentukan keseimbangan harga barang relatif sebeleum perdagangan di negara 1 di PA,  dan negara 2 di PA’ ( gambar sebelah kiri). Bila PA PA’, negara 1 memiliki keuntungan komparatif pada barang X dan negara 2 pada barang Y.  Dengan perdagangan (gambar kanan) negara 1 berproduksi pada titik B dengan menukarkan barang X dengan barang Y dan mencapai titik E dalam konsumsi (segitiga BCE). Negara 2 berproduksi pada B’ dan dengan menukarkan barang Y untuk barang X memperoleh titik E’ (yang serupa dengan tirik E). Kedua negara mereka berkonsumsi pada kurva indiferen II yang lebih tinggi.
2.2.4 Persamaan Faktor Harga dan Distribusi Pendapatan
a. Teorema Persamaan Harga Faktor
Teorema persamaan harga H – O dinyatakan sebagai berikut:
Perdagangan internasional akan menghasilkan persamaan (equalisasi) dalam keuntungan absolut dan relatif pada faktor – faktor homogen yang melewati negara – negara.
Hal ini bererti bahwa perdagangan internasional akan menyebabkan upah tenaga kerja yang homogen sama diseluruh negara – negara yang berdagang. Dengan kata lain, perdagangan internasional akan menyebabkan keuntungan dari modal yang  homogen sama di negara – negara tersebut.
Perdagangan intenasional tidak hanya cenderung mengurangi perbedaan keuntungan pada faktor – faktor homogen internasional, tetapi dalam kenyataannya akan menghasilkan persamaan sempurna dalam harga faktor relatif pada saat seluruh asumsi yang telah dibuat digunakan.
Hal ini karena selama harga faktor relatif berbeda, maka harga barang relatif juga berbeda dan perdagangan akan terus meluas. Tetapi perluasan dari perdangan mengurangi perbedaan dalam harga faktor di antara negara – negara. Jadi perdagangan internasional akan terus meluas sampai harga barang relatif disamakan secara sempurna, yang berarti bahwa harga faktor relatif juga akan sama dalam 2 negara.
b. Pengaruh Perdagangan pada Distribusi Pendapatan
Perdagangan internasional cenderung menyamakan w dan r di kedua negara. Ketika ingin menguji bagaimana perdangan mempengaruhi upah riil (w) dan pendapatan tenaga kerja riil dalam hubungannya dengan tingkat bunga riil dan pendapatan dari pemilikan modal dalam negara yang sama sebagai hasil sebagai perdagangan internasional.
Perdagangan internasional meningkatkan harga faktor – faktor yang murah dan berlimpah dari suatu negara dan mengurangi harga faktor yang langka dan mahal. Bila tenaga kerja dan modal diasumsikan tetap digunakan sepenuhnya sebelum dan sesudah perdagangan, pendapatan tenaga kerja riil dan pendapatan riil dari pemiikan modal bergerak dalam arah yang sama setelah pergerakan dalam harga faktor. Jadi perdagangan menyebabkan pendapatan tenaga kerja riil meningkat dan pendapatan dari pemilikan modal turun di negara yang tenaga kerjanya murah dan modalnya mahal. Di pihak lain, perdagangan internasional menyebabkan pendapatan tenaga kerja riil turun dan pendapatanriil dari pemilikan modal naik di negara yang tenaga kerjanya mahal dan modalnya murah.
Di negara maju yang kaya modal, perdaganga internasional cenderung mengurangi pendapatan tenga kerja riil dan meningkatkan pendapatan riil dari pemilikan modal. Sedangkan di negara yang kurang maju dimana tenaga kerjanya melimpah, perdagangan internasional akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja riil dan mengurangi pendapatan pemilikan modal. Akibat ini, bagaimanapun didasarkan pada asumsi bahwa faktor – faktor bergerak secara sempurna diantara industri – industri di suatu negara.
Menurut teori H – O, perdagangan internasional menyebabkan upah riil dan pendapatan tenaga kerja riil turun di negara yang kaya modal dan langka tenaga kerja.
c. Relevansi Empiris
Dalam berbagai peristiwa, teorema persamaan harga faktor bermanfaat karena mengidentifikasikan variabel – variabel yang sangat penting yang mempengaruhi harga faktor dan menyediakan wawasan penting ke dalam sifat keseimbangan umum dari model perdangangan dan perekonomian secara umum.
Teorema persamaan harga faktor tidak mengatakan bahwa perdagangan internasional akan menghapus atau mengurangi perbedaan internasional dalam pendapatan per kapita. Teorema tersebut hanya meramalkan bahwa perdagangan internasional akan menghapus atau mengurangi perbedaan internasional dalam keuntungan faktor – faktor homogen. pendapatan per kapita tergantung pada kekuatan – kekuatan lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan teorema tersebut. Kekuatan – kekuatan ini meliputi ratio dari tenaga kerja terlati dan tenaga kerja tidak terlatih, tingkat partisipasi dalam angkatan kerja, tingkat ketergantungan, tiap usaha yang dibuat oleh pekerja dsb.
2.3.1 Model Keseimbangan Teori Heckscher – Ohlin.
Model H – O dapat digunakan untuk menelusuri pengaruh dari suatu perubahan dalam berbagai kekuatan ekonomi melalui perekonomian suatu negara dan dalam perdagangan  internasional.
Sebagai contoh: dimisalkan selera berubah di negara 1 ( kaya tenaga kerja dan langka modal) sehingga konsumen meminta lebih banyak barang X ( barang intensif tenaga kerja ) dan sedikit barang Y ( barang intensif modal).  Misalkan negara 1 adalah negara India, barang X adalah tekstil dan barang Y adalah makanan.
Dimulai dari posisi keseimbangan sebelum perdagangan, perubahan selera ini meningkatkan harga relatif tekstil di India. Hal ini dapat divisualisasikan dalam kenyataan bahwa kumpulan dari kurva indiferen dari India bergeser ke arah sumbu X sehingga suatu kurva indiferen menyinggung bagian yang curam dari kura batas produksi India setelah meningkatnya permintaan akan tekstil.
Setalah harga relatif tekstil meningkat, produsen domestik negara India akan mengalihkan tenaga kerja dan modal dari produksi tekstil. Bila tekstil adalah intensif tenaga kerja dalam hubungannya dengan makanan, permintaan akan tenaga kerja dan tingkat upah akan naik di India. Pada waktu yang sama, permintaan akan makanan dan permintaan serta harga dari modal akan turun. Dengan tenaga kerja yang secara relatif menjadi lebih mahal, para produsen di India akan modala untuk tenaga kerja dalam produksi baik tekstil maupun makanan. Jadi, K/L akan meningkat dalam produksi kedua macam barang tersebut di India.
Walaupun dengan kenaikan dalam upah relatif dan dalam harga relatif dan dalam harga relatif dari tekstil, India tetap merupakan yang kaya akan  tenaga kerja dan dengan upah rendah dibandingkan dengan negara seperti USA.
2.3 Sanggahan dan Kritik Teori Heckscher – Ohlin
2.3.1 Sanggahan Terhadap Teori Heckscher – Ohlin
Berbagai bukti empiris pada umumnya menolak adanya pendangan bahwa perbedaan dalam kepemilikan sumber daya menjadi faktor penentu munculnya pola-pola tertentu perdagangan internasional, baik berupa barang maupun faktor produksi. Dalam realitanya, perbedaan teknologilah yang memiliki peran vital dalam membentuk pola perdagangan dunia. Meskipun seperti itu, kehadiran model Heckscher-Ohlin tetap dipandang mampu memberikan manfaat besar, terutama untuk memahami dampak perdagangan terhadap distribusi pendapatan yang ada.
2.3.2 Kritik Terhadap Teori Heckscher - Ohlin
a. Kritik terhadap Hasil Hipotesis Teori H – O
1.      Berdasar teori H – O perbedaan harga barang sejenis dapat terjadi karena adanya perbedaan proporsi atau jumlah faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara dalam memproduksi barang tersebut, sehingga apabila jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama,maka harga barang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional sulit terjadi.
2.      Fakta yang ada dalam dunia nyata menunjukkan walaupun jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masingmasing negara relatif sama sehingga harga barang sejenis relatif sama, ternyata perdagangan internasional tetap dapat terjadi.
3.      Teori H-O masih merupakan teori perdagangan internasional komparatif statik(SihPrapti E., 1991). Sehingga asumsi klasik dan neoklasik yang menganggap hampir semua besaran variabel dalam perekonomian adalah statik, tidak berubah atau diasumsikan exogeneous (perubahan ditentukan di luar model). Padahal fakta yang terjadi adalah terjadi perubahan secara terus menerus pada variabel dan perubahannya terjadi didalam model (endogeneous). Kondisi menyebabkan aplikasi teori H-O menjadi terbatas, atau tidak dapat diterapkan secara umum. Oleh karena itu teori hanya dapat menjelaskan terjadinya perdagangan antara negara yang kaya tenaga kerja dengan negara yang kaya kapital, dimana hanya merupakan sekitar 40 persen dari volume perdagangan dunia.
b. Kritik para Ahli
1.      Kritik Linder
Adanya asumsi yang dikemukakan teori H-O bahwa perdagangan internasional terjadi karena kedua negara memiliki selera yang sama dibantah oleh Staffan Brensstam Linder, seorang ekonom pencetus teori Linder dari Swedia. Asumsi yang diusung teori H-O sudah tidak relevan lagi untuk saat ini. Dalam teorinya, Linder mengatakan bahwa selera konsumen disetir oleh tingkat pendapatan.
Adanya selera ini akan menciptakan permintaan. Berbeda dengan teori H-O yang berbicara dari sisi penawaran karena fokusnya ada pada tersedianya sumber daya yang mendorong suatu negara untuk mengahasilkan produk yang diminati. Produk yang dinikmati itu diklaim sebagai cerminan dari selera, sehingga dari sini muncullah ekspor. 
2.      Kritik Raymond Vernon
Vernon mengatakan bahwa teori H-O hanya menjelaskan 40% dari volume perdagangan internasional, sedangkan fenomena perdagangan negara maju sebesar 60% belum dijelaskan. Kritik ini akhirnya menimbulkan teori baru bernama teori Siklus Produksi (Product Life Cycle). Sesuai dengan judulnya, teori ini menitikberatkan adanya perubahan pada produk yang menghasilkan produk baru serta pengaruhnya terhadap perdagangan internasional. Dalam teori ini ada 3 tahap siklus prduksi, yakni sebagai berikut.
·       Tahap produksi yang baru sebagai produk perkenalan dan biasanya hanya dinikmati oleh penduduk dalam negeri saja.
·       Tahap pengembangan, di mana produk dibuat selain untuk dikonsumsi sendiri juga dibuat untuk kepentingan ekspor.
Dengan alasan skala ekonomi, untuk tahap ketiga justru negara yang menjadi pioner penjualan produk itu mengubah fungsinya dari eksportir menjadi importir. Dari sini dapat dikatakan bahwa teori ini menempatkan comparative advantage yang dinamis karena negara yang menjadi pengekspor melewati tahapan siklus suatu produk.


                                                    




















BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori H –O merupakan teori yang dikemukan oleh Bertil Ohlin. Sebagian dari teori Bertil  Ohlin didasarkan atas tulisan gurunya, yaitu Eli Heckscher, sehingga teori ini lebih dikenal dengan teori Heckscher-Ohlin atau disingkat dengan  Teori H-O. Terdapat beberapa asumsi dalam teori tersebut, namun asumsi tersebut juga memilki kelemahan. Terdapat beberapa faktor yang terdapat dalam teori H – O , yaitu faktor intentitas ( intensive factor), faktor kelimpahan ( abundant) dan faktor endowment. Teori H – O mendapat sanggahan dan juga kritik, baik  asumsi maupun hasil hipotesis teori H - O. Kritik tersebut ada juga yang dari beberapa ahli, antara lain dari Linder yang membantah bahwa perdagangan internasional terjadi karena kedua negara memiliki selera yang sama, menurutnya hal tersebut tidak relevan untuk saat ini. Selain Linder, Raymond Vernon juga mengkritik teori H – O . Vernon mengatakan bahwa teori H-O hanya menjelaskan 40% dari volume perdagangan internasional, sedangkan fenomena perdagangan negara maju sebesar 60% belum dijelaskan. Kritik ini akhirnya menimbulkan teori baru bernama teori Siklus Produksi.
3.2 Saran















DAFTAR PUSTAKA



Buku:
Boediono.1981. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE.
Jamli, Ahmad. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: MW Mandala.
Waluya, Harry.1995. Ekonomi Internasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Web:
Bertil Ohlin dan Teori Heckscher – Ohlin, Diakses dari : http://www.bimbie.com/bertil-ohlin.htm. Pada tanggal: 27 Maret 2015.
Darwanto. Model Perdagangan Heckscher – Ohlin. Diakses dari: http://eprints.undip.ac.id/789/1/Model_Perdagangan_HO_Darwanto.pdf. Pada tanggal: 25 Maret 2015.
Faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Internasional. Diakses dari: http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/12/faktor-penyebab-terjadinya-perdagangan-internasional.html. Pada tanggal: 20 Maret 2015.
Mengenal Teori Ekonomi Modern: Heckscher – Ohlin. Diakses dari: http://www.bimbie.com/mengenal-teori-ekonomi-modern.htm. Pada tanggal: 29 Maret 2015.
Silv, Viani. Teori Heckscher – Ohlin. (teori H – O). Diakses dari : https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/23/teori-heckscher-ohlin-teori-h-o/. Pada tanggal: 29 Maret 2015.



1 komentar:

  1. Nggak nyangka ketemu blog ini, terimakasih meterinya sangat membantu sekali ekaaaa :D

    BalasHapus