Selasa, 03 November 2015

POTENSI EKONOMI KELAUTAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara maritim yaitu negara dengan kekayaan laut yang melimpah. Kejayaan Indonesia sebagai bangsa maritim mencapai puncak pada periode abad 16 -17 yaitu saat perdagangan antarpulau, antarbangsa menguasai kawasan Nusantara. Perairan Indonesia saat ini luasnya mencapai 5,8 km2. Dimana luas tersebut mengandung begitu banyak sumber daya ekonomi kelautan dari permukaan, badan air, hingga dasar laut. Laut Indonesia mengandung kekayaan alam yang sangat besar dan beraneka ragam, baik yang dapat diperbarui (seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, dan produk-produk bioteknologi), tak dapat diperbarui (seperti minyak dan gas bumi, timah, bijih besi, bauksit serta mineral lainnya), energi kelautan (seperti pasang surut, gelombang ,angin, dan OTEC atau Ocean Thermal Energy Conversion) maupun jasa-jasa lingkungan kelautan seperti pariwisata bahari dan transportasi laut.
Dilihat dari potensi lestari total ikan laut, ada 7,5 persen (6,4 juta ton/tahun) dari potensi dunia berada di perairan laut Indonesia. Selain itu sekitar 24 juta hektar perairan laut dangkal Indonesia cocok untuk budi daya laut (mariculture) ikan kerapu, kakap, baronang, kerang mutiara, teripang, rumput laut dan boita laut lainnya yang bernilai ekonomis tinggu dengan potensi produksi 47 juta ton/tahun. Lebih dari itu Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut pada tingkatan genetik, spesies, maupun ekosistem tertinggi di dunia.
Meningat potensi pengadaan Indonesia dalam hal sumber daya dan jasa-jasa kelautan sangat besar serta permintaan terhadap sumber daya dan jasa kelautan yang terus meningkat maka kekayaan laut Indonesia seharusnya dapat menjadi keunggulan kompetitif Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju, makmur, dan mandiri. Letak Indonesia yang sangat strategis yaitu diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia serta Benua Asia dan Australia seharusnya juga dapat memberikan keuntungan paling besar bagi bangsa Indonesia dilihat dari posisi kelautan global.
Namun, bangsa Indonesia seakan melupakan jati dirinya sebagai bangsa maritim terbesar di dunia. Sumber daya kelautan hanya dipandang sebelah mata. Kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya kelautan dilakukan secara kurang profesional dan ekstraktif serta kurang mengindahkan aspek kelestariannya. Laut di Indonesia sebaliknya dijadikan tempat pembuangan sampah yang mana hal itu akan mencemari dan merusak kekayaan yang terdapat di dalam laut.
Sungguh disayangkan apabila potensi laut yang seharusnya dapat membawa Indonesia menuju masa kemakmuran harus terbuang percuma karena tindakan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, pengetahun tentang potensi laut di Indonesia harus terus di kembangkan. Dimana potensi tersebut sangat berperan penting dalam pembangunan Indonesia terutama dalam bidang ekonomi.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud Konsepsi dan Teori Ekonomi Kelautan?
2.      Apa saja Kinerja Pembangunan Ekonomi Kelautan Indonesia?
3.      Apa saja Permasalahan Ekonomi Kelautan di Indonesia?
4.      Bagaimana Potensi Ekonomi Kelautan dalam Pembangunan Ekonomi  Indonesia?
5.      Apa Strategi Pembangunan Ekonomi Kelautan di Indonesia?

1.3  Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk memenuhi tugas Perekonomian Indonesia.
2.      Agar mahasiswa dapat memahami Teori Ekonomi Kelautan.
3.      Agar mahasiswa dapat mengatahui Kinerja Pembangunan Ekonomi Kelautan Indonesia.
4.      Agar mahasiswa dapat mengetahui Permasalahan Ekonomi Kelautan di Indonesia.
5.      Agar mahasiswa dapat memahami Strategi Pembangunan Ekonomi Kelautan di Indonesia.
6.      Agar mahasiswa dapat mengetahui Potensi Ekonomi Kelautan dalam Pembangunan Ekonomi  Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Konsepsi dan Teori Ekonomi Kelautan
Secara teoritis ekonomi kelautan belum jadi sebuah kajian khusus di Indonesia. Kajian ekonomi kelautan masih bersifat mikro dan parsial. Kini kajian ekonomi kelautan di Indonesia lebih dominan menyangkut ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan.
Dalam laporan “National Ocean Economic Program” yang diterbitkan di Amerika Serikat, Kildow et al (2009) mendefenisikan ekonomi kelautan dan pesisir berbeda. Dinyatakan bahwa ekonomi pesisir sebagai segala aktivitas ekonomi yang berlangsung di sepanjang wilayah pesisir. Suatu analisis ekonomi pesisir mengungkapkan tiga tema yaitu :
1.      Ukuran (Size)
Ekonomi pesisir di Amerika Serikat memiliki porsi besar dalam aktivitas ekonomi hingga mampu berkontribusi bagi ekonomi negaranya. Ironis dibandingkan dengan Indonesia sebagai Negara kepulauan akan tetapi ekonomi pesisirnya tak berdampak dalam perekonomian Negara.
2.      Kedudukan (Sprawl)
Ekonomi pesisir adalah sebagai ekonomi utama kaum urban (perkotaan) dan penyebaran aktivitasnya sepanjang wilayah pesisir secara signifikan berdampak pada kekuatan daerah urban khususnya penyebaran penduduk dan aktivitas ekonomi yang jauh dari pusat-pusat kota.
3.      Pelayanan (Services)
Ekonomi pesisir menjadi penggerak utama industri manufaktur di Amerika Serikat, tapi saat ini berubah jadi produsen utama sektor jasa. Berbeda halnya dengan Indonesia, ekonomi pesisir jangankan jadi penggerak utama sektor jasa, sektor manufaktur saja mau jauh panggang dari api.
Sementara ekonomi kelautan (ocean economic) yaitu sebagai aktivitas ekonomi yang bergantung pada laut dan produk-produknya. Ditambahkan juga bahwa ekonomi kelautan berasal dari lautan (atau danau besar) yang sumberdayanya menjadi input barang dan jasa secara langsung maupun tak langsung dalam aktivitas ekonomi utamanya berupa;
a)      Industry yang secara iksplisit berkaitan dengan aktivitas kelautan atau
b)      Secara parsial berkaitan dengan kelautan yang berlokasi pada sutau perbatasan yang ditandai oleh garis pantai (a shore-adjacent zip code)

Ekonomi kelautan belum mendapatkan tempat dalam kebijakan pembangunan nasional di Indonesia karena:
1)      Meminjam pemikiran Gus Dur, mindset pembangunan ekonomi Indonesia lebih didominasi cara berfikir continental ketimbang kelautan maupun maritime.
2)      Pelbagai kalangan berpendapat bahwa memosisikan ekonomi kelautan sebagai basis pembangunan ekonomi nasional berimplikasi luas karena akan mengubah secara radikal pelbagai nomenklatur, kebijakan politik anggaran, dan peraturan perundangan di Indonesia.
3)      Kalangan intelektual ekonom Indonesia, parlemen dan birokrat relative kurang melek soal-soal kelautan dan perikanan hingga kerap berfikir mengikuti aliran pemikiran ekonomi arus utama idiologi neo-liberalismenya ketimbang menyempal dan membangun gagasan-gagasan baru bersifat kontruktivisme.

Ruang Lingkup Ekonomi Kelautan, dan Pesisir
Apabila menjadi ekonomi kelautan dan pesisir sebagai suatu mindset baru pembangunan ekonomi di Indonesia semestinya membutuhkan kategorisasi yang jelas soal ruang lingkupnya.
Secara geografis, lingkup ekonomi kelautan dan pesisir Indonesia dibandingkan Amerika Serikat memiliki perbedaan yang khas secara geografis hingga membutuhkan kategorisasi tersendiri yakni:
1)      Indonesia sebagai Negara kepulauan, sedangkan AS sebagai Negara continental (benua)
2)      Indonesia terletak di daerah tropis yang hanya memiliki dua musim sehingga keragaman sumberdaya kelautannya amat tinggi. AS terletak di daerah Sub-tropis yangf memiliki empat musim dan keragaman sumberdaya kelautannya amat rendah.
3)      AS memiliki cara pandang tersendiri soal laut sehingga kapal-kapalnya baik kapal dagang, perang dan ikan dapat melayari semua lautan di dunia. AS hingga kini tak mau mendatangani dan meratifikasi hukum laut internasional. Amat berbeda dengan Indonesia yang telah meratifikasi hukum laut internasional yang memandang suatu Negara memiliki “hak” untuk mengelola dan memanfaatkan laut dan sumberdayanya di permukaan, badan air hingga bawah dasar laut untuk kepentingan sebesar-besar kemakmuran rakyatnya.

Model pembangunan dunia, pilihan demokrasi dan ekonomi kelautan
Model pembangunan sebuah Negara dan pilihan demokrasi yang dianutnya amat berkorelasi positif dalam membangun kesejahteraan rakyatnya. Hubungannya dengan ekonomi kelautan yakni menyangkut pemanfaatan dan pengelolaan sumberdayanya bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Negara yang telah memilih model demokrasi (free fight liberalism), parlementer dengan demokrasi social maupun sistem komunisme telah mengetahui konsekuensinya masing-masing.
Damanhuri (2010) dalam bukunyaa yang berjudul “Ekonomi Politik dan Pembangunan. Teori, Kritik dan Solusi bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang” mengajukan empat model pembangunan dunia dengan model pilihan demokrasinya:
1.      Model Negara Kesejahteraan (Welfare state) ala Negara-negara Skandinavia (Swedia, Finlandia, Denmark serta Norwedia dan Negara-negara yang kekuasaannya diperintah oleh partai sosialis democrat seumpama Prancis, Spanyol, Jerman dan Inggris. Model ini dicirikan ;
a.       Sistem pajak progresif dan jaminan sosial efektif
b.      Actor swasta sebagai agen pertumbuhan yang efisien
c.       Serikat buruh amat menentukan berdampingan sistem demokrasi parlementer yang efektif hingga dibarengi partai oposisi yang menjamin berlangsungnya sistem check and balanced.
Di Negara Negara ini pemanfaatan sumberdaya alam terbukti mampu mensejahterakan rakyatnya sekaligus menyelamatkan lingkungan dari bahaya kerusakan ekologis.
2.      Model Negara Kemakmuran  ala Jepang. Model ini dicirikan ;
a.       Negara berperan sentral dalam mengambil keputusan jangka panjang, peningkatan pertumbuhan ekonomi, adanya sistem konsesus antar lembaga dan pengembangan teknologi. Akan tetapi implementasinya, Negara sedikit mencampuri dan lebih mengedepankan swasta.
b.      Kemitraan swasta dan Negara/ birokrasi berlangsung dalam merebut pasar dunia
c.       Sistem subsidi bagi petani dan kelas sosial yang rendah
d.      Serikat buruh kurang berperan signifikan karena dikompensasi dalam proses mikro perusahaan berupa konsultasi regular (mingguan, bulanan hingga harian) yang inheren dalam sistem “bekerja seumur hidup’’.
Menariknya, Jepang dengan sistem ini mampu mensejahterakan rakyatnya dan angka penganggurannya rendah.
3.      Model Populis ala Negara komunis dengan China sebagai fakta empirisnya pasca berlangsungnya reformasi. Ciri-cirinya;
a.       Hard policy yang memaksa actor ekonomi memperoleh sesuai kebutuhannya dengan cara membangun komune-komune buat mengatasi ledakan penduduk, pengangguran dan kemiskinan missal
b.      Monopoli pengambilan keputusan oleh sekelompok kecil komune sentral partai menutup hak berbeda pendapat menyangkut arah dan sistem kenegaraan
c.       Pendekatan aparat yang amat represif demi menjamin control public agar sistem yang diberlakukan berjalan efektif.
Model china ini jelas tak menganut  sistem demokrasi melainkan peran Negara yang dominan (kapitalisme Negara). Akibatnya Negara Negara barat dan AS kerap menuduh china sebagai pelanggar HAM
4.      Model neoliberalisme ala pemerintah Reagan- Bush di AS yang menekankan regulasi ekonomi dan sosial. Ciri-cirinya;
a.       Kepercayaan peneh kepada mekanisme pasar dan swasta yang menciptakan pertumbuhan ekonmi, teknologi, dan lapangan kerja. Soal pemecahan kemiskinan di luar sistem produksi dan bersifat karitatif yang dikerjakan oleh pengusaha, politik dan yayasan sosial secara informal
b.      Membatasi peran Negara, kecuali peran sebagai pertahanan dan mengoreksi ketidaksempurnaan pasar umpamanya anti trust demi mencegah monopoli dan kartel
c.       Politik fiscal (pajak rendah) dan moneter (bunga rendah) hingga insentif bagi swasta agr berperan maksimal
d.      Pemotongan subsidi ala welfare state (missal jaminan kesehatan kelompok rendah atau pengangguran) yang menciptakan kelas sosial rendah. AS dengan model ini telah memilih sistem demokrasi liberal (free fight liberalism).

2.2  Kinerja Pembangunan Ekonomi Kelautan Indonesia
Semberdaya kelautan dan perikanan Indonesia mempunyai peranan penting bagi pembangunan nasional baik secara aspek ekonomi, sosial, keamanan dan ekologi. Dengan total luas laut Indonesia sekitar 5,8 juta km2, yang terdiri dari 2,3 juta km2 perairan kelautan, 0,8 juta km2 perairan teritorial, dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Eklusif Indonesia, maka posisi dan letak kepulauan Indonesia yang bersifat archipelagic, yang terdiri dari 17.504 pulau, menjadi sangat penting dalam sistem perdangan dan penyedia bahan baku bagi masyarakat nasional dan internasional. Selain itu juga letak wilayah kepulauan sangat memungkinkan bagi bangsa Indonesia untuk membangun perekonomian yang didasarkan pada basis sumberdaya kelautan dan perikanan.
Namun demikian secara umum kinerja pembangunan kelautan dan perikanan sampai saat ini belum menunjukkan adanya terobosan baru dalam melakukan langkah optimalisasi sumberdaya kelautan dan perikanan untuk kinerja ekonomi nasional, melindungi kelestarian sumberdaya ikan dan kesejahteraan nelayan serta pembudidaya ikan. Selain itu juga banyak program dan kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan yang tidak memiliki managemen yang baik, terkesan hanya sekedar pelaksanaan proyek saja sehingga banyak yang tidak terpakai dan terbengkalai.

Kondisi Sumberdaya Ikan
Publikasi Food Agriculture Organization (FAO, Maret 2007 dan 2008) menunjukan bahwa sekitar 52 persen stok ikan laut dunia telah mengalami full exploited. Artinya bahwa sekitar 52 persen stok ikan laut dunia sudah tertutup untuk dieksploitasi lebih lanjut.
Dalam publikasi FAO (2008) tersebut juga digambarkan bahwa kondisi sumberdaya ikan di sekitar perairan Indonesia, terutama di sekitar perairan Samudera India dan Samudera Pasifik sudah menunjukan kondisi full exploited. Bahkan di perairan Samudera Hindia kondisinya cenderung mengarah kepada overexploited. Artinya bahwa perairan tersebut saat ini tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan ekspansi penangkapan ikan secara besar-besaran.

Produksi Nasional Ikan dan Kejahatan Perikanan
Berdasarkan data Food Outlook (FAO 2007) produksi perikanan tangkap Indonesia mengalami penurunan sebesar 4,55 persen. Penurunan tersebut lebih besar dari rata-rata penurunan produksi perikanan dari sepuluh Negara produser perikanan dunia, yaitu sebesar2,37 persen. Hal ini memperkuat dugaan para ahli bahwa kondisi sumberdaya ikan di beberapa wilayah perairan sudah mengalami degradasi. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah perlu secara cepat melakukan berbagai upaya guna menyelamatkan sumberdaya perikanan di wilayah perairan Indonesia.
Penurunan jumlah tangkapan dan peningkatan produksi budidaya ternyata sejalan dengan menurunnya jumlah nelayan dan meningkatnya jumlah pembudidaya ikan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi nelayan sudah mengalami over fishing. Sehingga biaya operasional para nelayan tidak sebanding lagi dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil tangkapan. Hal ini pun menunjukkan kuatnya dugaan bahwa kondisi sumberdaya perikanan Indonesia sudah  berada dititik kritis.
Selain itu juga permasalahan perikanan di Indonesia diperparah lagi dengan belum optimalnya pemerintah dalam menindak praktek illegal fishing. Kebijakan re-alokasi anggaran saat ini menimbulkan masalah serius bagi keberlangsungan ekonomi dan sumberdaya perikanan nasional kedepan.

Reinkarnasi Kebijakan Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Kebijakan ekonomi pembangunan kelautan dan perikanan yang berkembangan sejak awal reformasi sampai saat ini hanyalah kebijakan-kebijakan yang terus berulang, padahal sudah terbukti kebijakan tersebut telah mengalami kegagalan. Kebijakan-kebijakan tersebut hanya berganti nama setiap periode pemerintahan. Atau dengan kata lain kebijakan kelautan dan perikanan tersebut merupakan kebijakan reinkarnasi dari kebijakan periode pemerintahan sebelumnya.
Pada periode pemerintahan Gus Dur, Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan mencanangkan program peningkatan produksi ikan atau yang dikenal dengan istilah Protekan 2003. Target dari Protekan 2003 tersebut adalah meningkatkan produksi ikan pada tahun 2003 menjadi 9 juta ton dengan nilai ekspor yang diharapkan mencapai 10 milyar $ US. Namun demikian, sampai akhir tahun 2003 terget tersebut tidak dapat tercapai. Data FAO (2009) menunjukan bahwa produksi ikan nasional pada tahun 2003 hanya mencapai sekitar 5,8 juta ton dengan nilai ekspor dibawah 1,6 milyar $ US.
Memasuki periode pemerintahan Megawati, pada tanggal 11 oktober 2003 kembali dicanangkan Program Gerbang Mina Bahari di Teluk Tomini Provinsi Gorontalo. Target dari program tersebut meningkatkan produksi ikan nasional sebesar 9,5 juta ton pada tahun 2006 dengan target nilai devisa ekspor sebesar 10 milyar $ US. Target program Gerbang Mina Bahari tersebut sama dengan target Program Protekan 2003, namun berbeda nama program saja. Kegagalan yang sama terjadi juga pada program Gerbang Mina Bahari. Data FAO (2009) menunjukan bahwa produksi ikan nasional pada tahun 2006 hanya mencapai sekitar 6,2 juta ton dengan nilai ekspor produk perikanan hanya mampu mencapai 1,7 miliar $ US.
Periode pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid 1, pemerintah kembali mencanangkan program serupa dengan nama Revitalisasi Kelautan dan Perikanan. Target dari program Revitalisasi Kelautan dan Perikanan tersebut adalah peningkatan produksi ikan pada tahun 2009 sebesar 9,7 juta ton dengan nilai ekspor sebesar 5 milyar $ US. Namun demikian, sampai akhir periode KIB jilid I target revitalisasi kelautan dan perikanan tersebut kembali tidak tercapai. Data FAO (2009) memprediksi perikanan nasional tidak akan melebihi 7 juta ton dan nilai ekspor diperkirakan hanya mencapai 2,1 milyar $ US.
Kegagalan demi kegagalan program peningkatan produksi perikanan pada tiga periode pemerintahan sebelumnya ternyata tidak membuat KKP untuk berfikir ekstra guna menyusun terobosan baru.

Kinerja Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Data BKPM (2009) menunjukan pertumbuhan nilai realisasi investasi sektor perikanan dalam kurun waktu 2006 – februari 2009 mengalami penurunan sebesar 5,39 persen per tahun. Nilai investasi sektor perikanan tahun 2006 mencapai Rp. 33.000.000.000 dengan 99,39 persen bersumber dari penanaman Modal Asing (PMA). Sementara tahun 2008 nilai investasi sektor perikanan hanya mencapai Rp. 2.400.000.000 dengan 100 persen bersumber dari PMA. Sepanjang Januari-Februari 2009 nilai investasi sektor perikanan masih belumada. Hal ini menunjukan bahwa sektor perikanan ternyata tidak mendapatkan perhatian yang baik dari para pemodal dalam negeri. Pemerintah terlihat belum dapat menyakinkan para pemodal dalam negeri untuk menanamkan investasinya di sektor perikanan.
Penurunan investasi tersebut sangat berpengaruh terhadap penurunan kegitan usaha sektor perikanan. Buruknya iklim investasi dan usaha sektor perikanan tersebut telah berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor perikanan. Selain itu juga, dampak menurunnya iklim investasi dan kinerja usaha sektor perikanan telah menurunkan kinerja ekspor produk perikanan Indonesia.
Memasuki tahun 2010, kinerja ekonomi kelautan dan perikanan Indonesia belum menunjukan adanya suatu perbaikan yang signifikan, hal ini ditunjukkan dengan lima indicator;
1.      Neraca pertumbuhan perdagangan produk ikan nasional pada triwulan 1 tahun 2010 mengalami deficit 16,10 %
2.      Periode Januari-Juni 2010 aktivitas pencurian ikan oleh kapal asing semakin semarak
3.      Rencana kementerian kelautan dan perikanan untuk meningkatkan produksi ikan budidaya sampai 353% semakin suram untuk tercapai
4.      Investasi sektor perikanan pada triwulan 1 tahun 2010 dikuasai asing
5.      Kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan cenderung menurun.
Penurunan tersebut lebih disebabkan oleh terus meningkatnya kebutuhan rumah tangga dan biaya produksi perikanan yang semakin tinggi, baik nelayan maupun di para pembudidaya ikan.

Dampak FTA ASEAN- China Bagi Perikanan Indonesia
Indonesia sebagai bagian ASEAN memberlakukan perdagangan bebas dengan China melalui (Free-Trade Area/FTA ASEAN-China) mulai tahun 2010, walaupun penandatanganan FTA tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2002. FTA ASEAN-CHINA tidak hanya akan mengancam konsumsi masyarakat, melainkan sektor riil perikanan.
Menghapus sistem tariff (pajak ekspor dan impor) dan memberlakukan non-tarif jadi instrument pokok perdagangan bebas (free trade area). Di sektor perikanan Cina akan menggilas Indonesia akibat tidak kalah bersaing. Indikatornya pertama, Laporan FAO 2008 menempatkan Cina sebagai Negara produksi perikanan terbesar yang bersumber dari laut dan perairan umum 17,1 juta ton. Kedua, Cina juga sebagai produsen perikanan budidaya (aquaculture) terbesar dunia. Capaiannya tahun 2004 sebesar 30.614.968 ton meningkat 34.429.122 tahun 2006 (naik 6,05%). Superioritas Cina dalam perikanan dunia amat ekspansif. Cina membidik bekerjasama dengan ASEAN utamanya Indonesia karena penduduknya berjumlah sekitar 230 juta sebagai pasar potensial perikanan dan produknya.
Dampak :
Pertama, usaha perikanan rakyat (penangkapan dan budidaya) pasti akan kolaps karena tidak mampu menyaingi serbuan ikan dan produk ikan dari Cina
Kedua, berlakunya FTA ASEAN-China 2010, otomatis investasi skala besar perikanan akan masuk Indonesia.
Ketiga, liberalisasi perikanan dalam skala bisnis besar berpotensi meningkatkan emisi karbon.
Mencermati fakta dan dampaknya, kebijakan pemerintah menekan perjanjian FTA ASEAN-China dikhawatirkan akan memperpuruk industry perikanan nasional, perikanan rakyat (nelayan dan pembudidaya ikan) dan memproduksi kemiskinan hingga pengangguran baru.

Redesain Kebijakan Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Berdasarkan kondisi tersebut diatas hendaknya menjadi perhatian serius bagi para pemangku kepentingan kelautan dan perikanan. Kegagalan pendekatan produksi dalam pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan selama ini disebabkan oleh:
Pertama, kondisi sumberdaya ikan tangkap yang terus mengalami degradasi.
Kedua, perikanan budidaya sampai saat ini belum dapat diandalkan dalam meningkatkan produksi ikan nasional sampai 353%.
Berdasarkan kedua hal tersebut, pemerintah hendaknya dapat mengkaji ulang arah dan kebijakan berdasarkan pendekatan peningkatan produksi ikan tersebut. Pemerintah Indonesia hendaknya dapat belajar dari Negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand dalam meningkatkan nilai ekspor produk perikanannya walaupun ikannya jauh dibawah Indonesia. Hal ini menunjukkan daya saing produk perikanan Indonesia masih jauh di bawah produk perikanan kedua Negara tersebut. Selain itu juga, dukungan pembangunan dari berbagai pihak harus diberikan kepada sektor ini. Dukungan berupa keputusan politik serta pemihakan yang nyata dari seluruh instansi terkait, akan bias menjauhkan dan menjaga Indonesia dari keterpurukan ekonomi kelautan da perikanan. Ekonomi kelautan dan perikanan seharusnya menjadi pilar keunggulan kompetitif bangsa dalam pembangunan ekonomi dan peningkatan kemakmuran rakyat.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian guna mengoptimalkan sumberdaya kelautan dan perikanan nasional, yaitu:
1.      Menindak secara tegas praktek-praktek illegal fishing
2.      Mengkaji ulang strategi pemberdayaan ekonomi nelayan
3.      Memperkuat peran kementerian kelanjutan dan perikanan sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap masa depan pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia.
4.      Redesain minapolitan. Minapolitan saat ini hanya menekankan kepada peningkatan produksi ikan saja.
5.      Upaya menjaga kelestarian sumberdaya ikan laut, khususnya ikan pelagis kecil (small pelagic) dan nilai ekonomis karena harga pakan tinggi, pemerintah perlu mengembangkan perikanan budidaya untuk ikan-ikan jenis herbivore seperti ikan nila (Tilapia), ikan detrivora, seperti bandeng dan gurami serta rumput laut.
Sementara itu, untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan, pemerintah hendaknya memperhatikan beberapa hal, yaitu;
1.      Penurunan biaya rumah tangga nelayan dan pembudidaya ikan
2.      Penurunan biaya produksi perikanan
selain itu juga pemerintah perlu mendorong terwujudnya rumah-rumah pakan ikan yang dikelola oleh setiap kelompok pembudidaya ikan dengan bahan baku local. Sehingga mereka tidak tergantung lagi dengan pakan pabrik yang harganya jauh dari jangkauan mereka.

2.3  Permasalahan Ekonomi Kelautan di Indonesia
2.3.1        Illegal Fishing
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh suatu negara tertentu atau kapal asing di perairan yang bukan merupakan yuridiksinya tanpa izin dari negara yang memiliki yuridiksi atau kegiatan penangkapan ikan tersebut bertentangan dengan hukum dan peraturan negara tersebut.
Kegiatan Illegal Fishing yang paling sering terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia adalah pencurian ikan oleh kapal-kapal ikan asing (KIA) yang berasal dari beberapa negara tetangga. Walaupun sulit untuk memetakan dan mengestimasi tingkat illegal fishing yang terjadi di WPP-RI, namun dari hasil pengawasan yang dilakukan dari tahun 2005 sampai 2010 dapat disimpulkan bahwa illegal fishing oleh KIA sebagian besar terjadi di ZEE (Exlusive Economic Zone) dan juga cukup banyak terjadi di perairan kepulauan.
Beberapa modus/jenis kegiatan illegal yang sering dilakukan KII, antara lain: penangkapan ikan tanpa izin (Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) maupun Surat Izin Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI)), memiliki izin tapi melanggar ketentuan sebagaimana ditetapkan (pelanggaran daerah penangkapan ikan, pelanggaran alat tangkap, pelanggaran ketaatan berpangkalan), pemalsuan/manipulasi dokumen (dokumen pengadaan, registrasi, dan perizinan kapal), transshipment di laut, tidak mengaktifkan transmitter (khusus bagi kapal-kapal yang diwajibkan memasang transmitter), dan penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing) dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang membahayakan melestarikan sumberdaya ikan.
Sampai dengan tahun 2008, kegiatan illegal fishing di perairan Indonesia, terbilang cukup tinggi dan memprihatinkan, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar

Tingkat Pelanggaran Peraturan Perundang-undangan Perikanan di WPP-RI

















Faktor -faktor yang menyebabkan terjadinya Illegal fishing di perairan Indonesia tidak terlepas dari lingkungan strategis global terutama kondisi perikanan di negara lain yang memiliki perbatasan laut, dan sistem pengelolaan perikanan di Indonesia itu sendiri. Secara garis besar faktor penyebab tersebut dapat dikategorikan menjadi 7 (tujuh) faktor, sebagaimana diuraikan di bawah ini:
-       Pertama, Kebutuhan ikan dunia meningkat, disisi lain pasokan ikan dunia menurun.
-       Kedua, perbedaan harga ikan segar utuh di negara lain dibandingkan di Indonesia cukup tinggi sehingga membuat masih adanya surplus pendapatan.
-       Ketiga, Fishing ground di negara-negara lain sudah mulai habis, sementara di Indonesia masih menjanjikan.
-       Keempat, Laut Indonesia sangat luas dan terbuka, di sisi lain kemampuan pengawasan khususnya armada pengawasan nasional (kapal pengawas) masih sangat terbatas.
-       Kelima, Sistem pengelolaan perikanan dalam bentuk sistem perizinan saat ini bersifat terbuka.
-       Keenam, Masih terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan serta SDM pengawasan khususnya dari sisi kuantitas.
-       Ketujuh, Persepsi dan langkah kerjasama aparat penegak hukum masih dalam penanganan perkara tindak pidana perikanan masih belum solid.
Data FAO tahun 2001 memperkirakan kerugian Indonesia akibat praktek pencurian ikan mencapai US $ 4 miliar. Hingga Juni 2010 jumlah kapal ikan yang menjarah lautan Indonesia sudah mencapai 116 unit terdiri dari 114 unit kapal asing dan 4 unit kapal domestik.
Lokasi pencurian ikan tersebut antara lain:
-       pencurian ikan di perairan selat Malaka.
-       Pencurian ikan di laut Cina selatan yang masuk wilayah Indonesia.
-       Pencurian ikan di laut Jawa dan pesisir Kalimantan.
-       pencurian ikan di perairan Utara Sulawesi dan Samudra Pasifik yang masuk ZEE Indonesia.
-       Pencurian ikan di samudra Pasifik dan Utara Papua yang masuk ZEE Indonesia.
Data penurian ikan tersebut dari Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia tahun 2010.

2.3.2        Degradasi Ekosistem Sumberdaya Pesisir dan Beberapa Pulau Kecil
Pembangunan pesisr dan laut Indonesia, secara historis sudah dimulai sejak tahun 90-an. Dalamkurun waktu 10 tahun, lingkungan pesisir dan laut Indonesia telah mengalami perubahan signifikan, baik dari aspek sumberdaya maupun dampak yang mmenyertainya. Tentunya meningkatnya kerusakan tidak dapat dapat dihindarkan.
1.      Mangrove
Hutan mangrove merupakan satu ekosistem pesisir yang amat penting di Indonesia.
Berdasarkan data Direktorat Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial (2001) dalam Gunarto (2004) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan mencapai 8.60 juta hektar akan tetapi sekitar 5.30 juta hektar dalam keadaan rusak. Sedangkan data FAO (2007) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun  2005 hanya mencapai 3,062,300 ha atau 19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan yang terbesar di dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%).
Data hasil pemetaan Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL)-Bakosurtanal dengan menganalisis data citra Landsat ETM (akumulasi data citra tahun 2006-2009, 190 scenes), mengestimasi luas mangrove di Indonesia adalah 3.244.018,46 ha (Hartini et al., 2010). Kementerian kehutanan tahun 2007  juga mengeluarkan data luas hutan mangrove Indonesia, adapun luas hutan mangrove Indonesia  berdasarkan kementerian kehutanan adalah 7.758.410,595 ha (Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan, 2009 dalam Hartini et al., 2010), tetapi hampir 70%nya rusak (belum tau kategori rusaknya seperti apa). kedua instansi tersebut juga mengeluarkan data luas Mangrove per propinsi di 33 Provinsi di Indonesia. luas-luas mangrove di 33 Provinsi dapat dilihat pada tabel berikut:






Fungsi hutan mangrove adalah:
1.      Sebagai tempat hidup dan mencari makan berbagai jenis ikan, kepiting, udang dan tempat ikan-ikan melakukan proses reproduksi
2.      Menyuplai bahan makanan bagi spesies-spesies didaerah estuari yang hidup dibawahnya karena mangrove menghasilkan bahan organik
3.      sebagai pelindung lingkungan dengan melindungi erosi pantai dan ekosistemnya dari tsunami, gelombang, arus laut dan angin topan
4.      sebagai penghasil biomas organik dan penyerap polutan disekitar pantai dengan penyerapan dan penjerapan
5.      sebagai tempat rekreasi khususnya untuk pemandangan kehidupan burung dan satwa liar lainnya
6.      sebagai sumber bahan kayu untuk perumahan, kayu bakar, arang dan kayu perangkap ikan
7.      tempat penagkaran dan penangkapan bibit ikan
8.      sebagai bahan obat-obatan dan alkohol
Dengan melihat fungsi tersebut diharapkan kita bisa menjaga hutan mangrove kita sehingga dapat dinikmati oleh generasi setelah selanjutnya.

2.      Terumbu Karang
Data 2011 yang dihimpun dari 1.076 stasiun pengamatan oleh Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan, hanya 5,58 persen terumbu karang dalam kondisi sangat baik dan 26,95 persen baik. Sisanya sebanyak 36,90 persen berkondisi cukup dan 30,76 persen kurang baik. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan perlu solusi tepat. Pada 1998, pemerintah mendirikan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) untuk menyelamatkan terumbu karang Indonesia.
Sumber penyebab kerusakan terumbu karang ini akibat dari ulah para nelayan yang masih menggunakan teknik-teknik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti bubu, lampara dasar, kelong, gillnet, racun, dan bom.
Kini daerah yang terumbu karangnya menjadi objek wisata hingga penelitian yaitu Bunaken, kepulauan Taka Bonate, kepulauan Seribu, Kepulauan Togian, kepulauan Wakatobi, pulau Banda, pulau Lucipara, pulau Pombo.

3.      Penambangan Pasir Laut
Penambangan pasir laut di Indonesia masih terus dilakukan dan dijual secara illegal. Penambangan pasir ini banyak dilakukan di kepulauan Riau. Hal ini terus dilakukan karena harga pasir laut yang begitu tinggi. Dapat dibayangkan berapa keuntungan yang didapat penambang jika harga pasir laut mencapai S$ 20 / m3( Djajal, 2002) .
Hal itu pastinya hanya menguntungkan pihak penambang, sedangkan para nelayan merasa dirugikan, karena air laut yang semula jernih setelah ada penambangan pasir berubah menjadi keruh. Hal itu akan menyulitkan para nelayan untuk menangkap ikan.

4.      Reklamsasi Pantai
Reklamasi pantai di Jakarta menjadi konflik antara pemerintah DKI Jakarta dan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Dampak dari reklamasi Teluk Jakarta dapat berimplikasi dari berbagai aspek baik ekonomi, ekologis, hidro-oceanografi, sosial-budaya, demografi, ketersediaan energi listrik yang akhirnya berdampak terhadap pembangunan wilayah pantai utara Jawa secara menyeluruh.

5.      Pencemaran Minyak di Laut
Masalah pencemaran minyak di laut seringkali terjadi di perairan Indonesia, karena perairan Indonesia merupakan jalur pelayaran internasional dan Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak mentah.
Diperkirakan perhari sebanyak 7 juta barel minyak mentah melewati selat  Malaka, 0,3 juta barel perhari melalui perairan pulau Sumatera dan 5-6 kapal tanker raksasa bermuatan 250.000 ton melewati selat Lombok dan Makassar.  Ramainya transportasi minyak diperairan tersebut  setidaknya telah menimbulkan beberapa kasus yang diakibatkan oleh kandasnya kapal tersebut, tabrakan dengan kapal lain dan kebocoran.

6.      Abrasi dan Sedimentasi
Kasus sedimentasi sepanjang Oktober 2009-2010:
a.       Abrasi pantai di Bali sepanjang 181,70 kmdari total 437,70 km.
b.      Abrasi pantai di Jawa Tengah 4000 ha.
c.       Abrasi pantai Jepara 610,527 m2.
d.      Menyempitnya luas laguna segara anakan tinggal 700 hektar akibat sedimentasi sungai Citandui 750.000 kubik ditambah sungai Cimeneng 250.000 kubik per tahun.
Setiap 1cm kenaikan muka laut rata – rata berdampak mengurangi garis pantai 1,23 hingga 4,48 m.

2.3.3        Utang Luar Negeri dalam Membangun Kelautan dan Perikanan Indonesia
Hingga tahun 2010 Kementerian  Kelautan dan Perikanan (KKP) masih mengutang dari lembaga – lembaga keuangan internasional. KKP mengutang pada Islamic Development Bank (IDM) untuk membiayai infrastruktur dan mengutang dari Asia Development Bank (ADB)untuk merehabilitasi terumbu karang.

2.3.4        Perubahan Iklim Global dan Dampaknya bagi Sumberdaya Kelautan
Pemanasan global akan mendorong migrasi ikan dari perairan tropis ke sub-tropis yang memosisikan negara lain karena surplus tangkapan ikan.
Hasil penelitian Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan dan Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim di pulau Tarakan menunjukan adanya dampak perubahan iklim:
-       Musim penangkapan ikan di wilayah Tarakan sudah sulit diprediksi setiap tahunnya.
-       Angin kencang dan badai yang melanda wilayah pesisir Tarakan.
-       Dalam periode waktu antara tahun 1980-1990 terjadi kekeruhan air laut secara alamiah.
-       Telah terjadi perubahan lokasi fishing ground ikan dan hasil tangkapan menurun sejak 5 tahun terakhir.

2.3.5        Kemiskinan  Masyarakat  Pesisir
Hasil penelitian membuktikan bahwa di kabupaten Sukabumi dan Karawang kawasan pesisir lebih tertinggal ketimbang non pesisir.
Penyebab kemiskinan di wilayah pesisir antara lain:
-       Kuatnya tekanan – tekanan struktural yang bersumber dari kebijakan pemerintah Indonesia dalam membangun sub-sektor perikanan.
-       Ketergantungan yang berbentuk patron client antara pemilik faktor produksi dan buruh nelayan.
-       Terjadinya over eksploitasi terhadap sumberdaya perikanan terhadap akibat modernisasi yang tak terkendali.
-       Terjadinya penyerobotan wilayah perikanan tradisional yang dilakukan oleh perusahaan perikanan modern yang sejatinya menjadi daerah beroprasinya nelayan trasisional.
-       Adanya fenomena kompradorisme meminjam pemikiran neomarxis dalam kasus penangkapan ikan.

2.3.6        Buruh  Nelayan
Nelayan buruh dalam sistem kelas sosial masyarakat pesisir tergolong marjinal dan tertidas secara ekonomi. Struktur sosial nelayan khususnya nelayan tradisional dan nelayan buruh, biasanya amat lemah di depan juragan. mereka bahkan menganggap juragan mendekatai mesianis akibat keberadaanya dapat menjadi juru selamat saat mereka tidak memiliki uang.
Nelayan buruh bukanlahorang miskin, mereka hanya sebagian warga bangsa yang tidak berdaya akibat kebijakan ekonomi politik negara yang menganut mahzab produktif dan eksploitatif atas sumber daya kelautan dan perikanan yang berlangsung hingga kini.
Sebagai negara yang menghormati hak asasi manusia, Buruh nelayan dan nelayan semestinya mendapatkan:
-       Asuransi berupa suransi kematian, kecelakaan kerja, kesehatan, dan pendidikan anak – anak.
-       Jaminan perlindungan hukum bagi nelayan buruh/tradisional yang menangkap ikan di perbatasan wilayah maritim.
Kusnadi Menyatakan bahwa alasan kuat pentingnya asuransi buat nelayan karena:
-       Kegiatan melaut bersifat spekulatif tinggi sehingga amat sulit bagi nelayan memprediksi hasil dan pendapatan yang diperolehnya.
-       Investasi di sektor perikanan membutuhkan biaya yang besar untuk operasional, rekruitmen nelayan buruh dan pemeliharaan alat tangkap.
-       Melaut beresiko tinggi atas keselamatan jiwa dan kesehatan badan.
-       Kawasan pesisir umumnya rawan penyakit menular dan endemik hingga kualitas SDM nelayan rata – rata berpendidikan rendah.

2.4  Potensi Ekonomi Kelautan dalam Pembangunan Ekonomi  Indonesia
2.4.1        Potensi Fisik
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE (Exlusive Economic Zone) sekitar 3,0 juta km2, Panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau.

2.4.2        Potensi Pembangunan
Potensi Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi Pembangunan adalah sebagai berikut:
1.      Sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti; Perikanan (Tangkap, Budidaya, dan Pascapanen), Hutan mangrove, Terumbu karang, Industri Bioteknologi Kelautan dan Pulau-pulau kecil.
2.      Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti; Minyak bumi dan Gas, Bahan tambang dan mineral lainnya serta Harta Karun.
3.      Energi Kelautan seperti; Pasang-surut, Gelombang, Angin, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
4.      Jasa-jasa Lingkungan seperti; Pariwisata, Perhubungan dan Kepelabuhanan serta Penampung (Penetralisir) limbah.

2.4.3        Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable Resource)
Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia dipandang dari segi Perikanan meliputi; Perikanan Laut (Tuna/Cakalang, Udang, Demersal, Pelagis Kecil, dan lainnya) sekitar 4.948.824 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 15.105.011.400, Mariculture (rumput laut, ikan, dan kerang-kerangan serta Mutiara sebanyak 528.403 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 567.080.000, Perairan Umum 356.020 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 1.068.060.000, Budidaya Tambak 1.000.000 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 10.000.000.000, Budidaya Air Tawar 1.039,100 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 5.195.500.000, dan Potensi Bioteknologi Kelautan tiap tahun sebesar US$ 40.000.000.000, secara total potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400 dan yang baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5 %. Potensi tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang serta energi terbarukan serta jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan.


2.4.4        Potensi Sumberdaya Tidak Pulih (Non Renewable Resource)
Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas, mineral dan bahan tambang yang besar. Dari hasil penelitian BPPT (1998) dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah. Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 miliar barel setara minyak, namun baru 16,7 miliar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5 miliar barel di antaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan sisanya sebesar 89,5 miliar barel berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 miliar barel terkandung di lepas pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 miliar barel terdapat di laut dalam.
Sementara itu untuk sumberdaya gas bumi, cadangan yangdimiliki Indonesia sampai dengan tahun 1998 mencapai 136,5 Triliun Kaki Kubik (TKK). Cadangan ini mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 1955 yang hanya sebesar 123,6 Triliun Kaki Kubik. Sedangkan Potensi kekayaan tambang dasar laut seperti aluminium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium, dan lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi dengan baik sehingga diperlukan teknologi yang maju untuk mengembangkan potensi tersebut.

2.4.5        Potensi Geopolitis
Indonesia memiliki posisi strategis, antar benua yang menghubungkan negaranegara ekonomi maju, posisi geopolitis strategis tersebut memberikan peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi, misalnya beberapa selat strategis jalur perekonomian dunia berada di wilayah NKRI yakni Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar dan Selat Ombai-Wetar. Potensi geopolitis ini dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan Indonesia dalam percaturan politik dan ekonomi antar bangsa.

2.4.6        Potensi Sumberdaya Manusia
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi SDM adalah sekitar 60 % penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir, sehingga pusat kegiatan perekonomian seperti: Perdagangan, Perikanan tangkap, Perikanan Budidaya, Pertambangan, Transportasi laut, dan Pariwisata bahari. Potensi penduduk yang berada menyebar di pulau-pulau merupakan aset yang strategis untuk peningkatan aktivitas ekonomi antar pulau sekaligus pertahanan keamanan negara.

Begitu banyak potensi kelautan di Indonesia yang dapat mendorong berjalannya pembangunan ekonomi. Potensi-potensi tersebut harus di kembangkan dan dimanfaatkan se-optimal mungkin untuk pembangunan ekonomi serta kesejahteraan rakyat Indonesia. Potensi tersebut akan terbuang sia-sia apabila tidak dimanfaatkan sebaik mungkin.

2.5  Strategi Pembangunan Ekonomi Kelautan di Indonesia
2.5.1        Diversifikasi Sumberdaya Pertambangan
Pertambangan sebagai salah satu sektor andalan dalam pembangunan kelautan mempunyai potensi yang cukup besar. Potensi tersebut masih memerlukan tindak lanjut melalui eksplorasi agar didapatkan cadangan baru karena sumberdaya tersebut pada suatu saat akan habis. Pengembangan sumberdaya baru dan diversifikasi sumberdaya pertambangan akan sangat menentukan keberlanjutan pembangunan kelautan di sektor pertambangan. Namun demikian pengembangan pertambangan di era otonomi daerah harus memberikan manfaat eksploitasi kepada masyarakat lokal serta menghindari terjadinya konflik dengan mereka dan sedapat mungkin meminimumkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Peningkatan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya pertambangan dan energi harus mempertimbangkan koeksistensi dengan sektor lainnya terutama sumberdaya pulih (renewable).

2.5.2        Pengembangan Pariwisata Bahari
Sektor pariwista bahari merupakan sektor yang paling efisien dalam bidang kelautan, sehingga pengembangan kepariwisataan bahari perlu mendapatkan prioritas. Pembangunan wisata bahari dapat dilaksanakan melalui pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata secara optimal. Berbagai obyek dan daya tarik wisata yang dapat dimanfaatkan adalah wisata alam (pantai), keragaman flora dan fauna (biodiversity). seperti taman laut wisata alam (ecotourism), wisata bisnis wisata budaya, maupun wisata olah raga. Dengan potensi wisata bahari yang tersebar di hampir sebagian besar kabupaten/kota yang memiliki pesisir akan membawa dampak langsung yang sangat besar kepada pendapatan masyarakat lokal dan pemerintah daerah.

2.5.3        Pembangunan Perikanan
Salah satu persoalan mendasar dalam pembangunan perikanan adalah lemahnya akurasi data statistik perikanan. Data perikanan di berbagai wilayah di Indonesia biasanya berdasarkan perkiraan kasar dari laporan dinas perikanan setempat. Belum ada metode baku yang handal untuk dijadikan panduan dinas-dinas di daerah setempat dalam pengumpulan data perikanan ini. Oleh karena itu diperlukan tindakan lebih lanjut agar akurasi statistik perikanan menjadi lebih pasti. Hal ini akan sangat membantu dalam memanfaatkan sumber perikanan yang ada.

2.5.4        Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
Kebijakan pembangunan perikanan pada masa yang akan datang hendaknya didasarkan pada landasan pemahaman yang benar tentang peta permasalahan pembangunan perikanan itu sendiri, yaitu mulai dari permasalahan mikro sampai pada permasalahan di tingkat makro yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat nelayan. Permasalahan mikro yang dimaksudkan adalah pensoalan internal masyarakat nelayan dan petani ikan menyangkut aspek sosial budaya seperti pendidikan, mentalitas, dan sebagainya. Aspek ini yang mempengaruhi sifat dan karakteristik masyarakat nelayan dan petani ikan. Sifat dan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh jenis kegiatan usaha seperti usaha perikanan tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha pengolahan hasil perikanan. Kelompok masyarakat ini memiliki sifat unik berkaitan dengan usaha yang dilakukannya. Karena usaha perikanan sangat bergantung pada musim, harga dan pasar maka sebagian besar karakter masyarakat pesisir (khususnya nelayan dan petani ikan) tergantung pada faktor-faktor tersebut yaitu;
1.      Kehidupan masyarakat nelayan dan petani ikan menjadi amat tergantung pada kondisi lingkungan atau rentan pada kerusakan khususnya pencemaran atau degradasi kualitas lingkungan.
2.      Kehidupan masyarakat nelayan sangat tergantung pada musim. Ketergantungan terhadap musim ini akan sangat besar dirasakan oleh nelayan-nelayan kecil.
3.      Persoalan lain dari kelompok masyarakat nelayan adalah ketergantungan terhadap pasar. Hal ini disebabkan komoditas yang dihasilkan harus segera dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau membusuk sebelum laku dijual.
Karakteristik ini mempunyai implikasi yang sangat penting yaitu masyarakat nelayan sangat peka terhadap fluktuasi harga. Perubahan harga sekecil apapun sangat mempengaruhi kondisi sosial masyarakat nelayan.Namun demikian di balik ketiga persoalan tersebut sebenarnya ada  persoalan yang lebih mendasar yaitu persoalan sosial dalam konteks makro menyangkut ketergantungan sosial (patron client). Karena faktor kelemahan yang dimiliki sebagian besar nelayan (nelayan kecil dan pandega), mereka tidak bisa menghindari adanya sistem sosial yang tanpa atau disadari menjeratnya ke dalam "Iingkaran setan" kemiskinan. Sistem sosial ini sudah begitu melembaga pada masyarakat nelayan. Persoalan inilah yang seharusnya menjadi fokus perhatian pemerintah dalam melakukan pemberdayaan nelayan dan pembudidaya ikan. Semestinya ada instrumen kebijakan yang mampu secara efektif mengurangi (kalau tidak dapat menghilangkan) sistem sosial yang tidak memungkinkan nelayan kecil keluar dari lingkaran kemiskinan. Seperti menciptakan skenario baru model-model pembiayaan untuk pemberdayaan nelayan dan pembudidaya ikan melalui penguatan kelembagaan dan kemampuan bisnis masyarakat pesisir menjadi sangat mendesak untuk diimplementasikan.

2.5.5        Armada Angkutan Laut: menjadi Tamu di Negeri Sendiri
Wawasan pembangunan nasional adalah wawasan nusantara sebagai satu kesatuan wilayah, politik dan ekonomi sehingga untuk membangun nusantara wilayahnya yang 75% wilayahnya adalah laut diperlukan angkutan laut yang kuat untuk melancarkan arus masuk, barang dan jasa. Selain itu ekspor dan impor produk memerlukan jasa transportasi yang prima. Saat ini sekitar 96% angkutan ekspor impor dan 55% angkutan domestik masih dilayani oleh kapal-kapal berbendera asing, Namun demikian, ternyata pemintaan yang besar tersebut tidak dapat dilayani oleh armada nasional dikarenakan berbagai kelemahan di antaranya terbatasnya armada kapal yang handal, lemahnya dukungan lembaga keuangan, kemampuan manajemen dalam persaingan internasional, sehingga armada angkutan laut seperti menjadi tamu di negeri sendiri karena aktivitas transportasi lebih banyak ditangani perusahaan asing. Pemerintah dan dunia swasta harus segera mengantisipasi globalisasi perdagangan dengan membangun armada laut nasional, apabila bangsa Indonesia ingin mengembangkan perekonomian dan membangun jati-dirinya sebagai negara bahari terbesar di dunia. OIeh karena itu, hendaknya sekurang-kurangnya kita dapat menjadi tuan rumah dinegeri sendiri, melalui penerapan kebijakan yang berpihak pada armada nasional serta pembangunan kembali armada niaga modern dan tradisional.

2.5.6        Pelabuhan Umum Dan Perikanan : Pintu Masuk Yang Mahal
Pelabuhan adalah pusat aktivitas perekonomian kelautan, sehingga keberadaannya sangat diperlukan dalam pembangunan kelautan. Pada saat ini dirasakan pengembangan pelabuhan umum dan perikanan belum berfungsi secara optimal. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai faktor seperti terbatasnya fasilitas, rendahnya teknologi, kualitas pelayanan yang rendah serta biaya yang mahal maupun kesalahan dalam perencanaan. Dalam rangka peningkatan arus barang dan jasa pada era pasar bebas maka pengelolaan pelabuhan harus mampu meningkatkan kinerjanya dan menekan biaya tinggi agar efesiensi nasional maupun bisnis dapat tercapai. Dalam pengelolaan perizinan perlu dicari sistem prosedur yang paling efisien dan efektif agar pergerakan kapal dan arus barang dapat diperbaiki, perizinan kapal umum dan kapal ikan harus dipisah karena karakteristiknya berbeda sehingga tidak terjadi inefisiensi karena birokrasi yang panjang. Sudah saatnya pemerintah lebih sebagai fasilitator dan membuat kebijakan sehingga bisnis bisa bergerak sesuai dengan kekuatan yang berperilaku wajar.


2.5.7        Pengembangan Industri Maritim
Industri maritim merupakan salah satu industri strategis yang dipilih sebagai suatu bagian dari berbagai ujung tombak industri berbasis teknologi dan strategi globalisasi demi melancarkan pembangunan dalam negeri dan kemajuan peranan Indonesia dalam persaingan internasional. Industri maritim Indonesia sangat berpotensi dalam menjawab tantangan-tantangan masa depan dan memberi nilai tambah yang cukup tinggi untuk produk–produk transportasi laut yang dapat menghasilkan tambahan devisa ekspor. Secara umum, industri maritim nasional relatif tertinggal jauh dari berbagai negara, padahal industri maritim yang termasuk di dalamnya industri galangan kapal dan jasa perbaikan (docking), industri mesin kapal dan perlengkapannya, industri pengolahan minyak dan gas bumi sangat menentukan kemampuan nasional dalam memanfaatkan potensi laut. Kemampuan bangsa Indonesia dalam industri maritim sangat terbatas karena tingginya nilai investasi yang harus ditanamkan di dalamnya, serta masih terbatasnya kemampuan teknologi dan kualitas sumberdaya manusia yang handal sehingga produk industri maritim kita secara umum tidak bisa menyaingi produk impor, untuk itu diperlukan strategi, yang komprehensif dalam mengembangkan industri maritim, dalam hal ini harus didukung dengan kebijakan yang berpihak pada kemampuan sendiri.

2.4.8        Bangunan Kelautan : Design with the Nature
Pembangunan kontruksi di pesisir dan laut memerlukan kemampuan rekayasa yang sesuai dengan kondisi alam (Design with the Nature) pesisir dan laut yang memiliki kondisi ekosistem dan fisik berbeda dengan daratan. Dengan demikian faktor bangunan kelautan (kegiatan penyiapan lahan sampai kontruksi di pesisir dan bangunan lepas pantai) harus dikaji dengan seksama agar tidak menimbulkan bencana yang berdampak pada manusia dan lingkungan serta sumberdaya alam (kasus reklamasi Teluk Jakarta dan Manado).

2.4.9        Jasa Kelautan
3            Jasa kelautan yang terdiri dari segala jenis kegiatan yang bersifat menunjang dan mempelancar kegiatan sektor kelautan seperti jasa pelayan pelabuhan, keselamatan pelayaran, perdagangan, pengembangan sumberdaya kelautan seperti pendidikan, pelatihan dan penelitian. Peluang pasar pada jasa kelautan yang potensial harus dipersiapkan dari sekarang karena karakteristik bisnisnya yang memerlukan kualifikasi sumberdaya manusia yang prima dan dukungan sarana informasi, komunikasi serta dukungan teknologi maju. Pemerintah memerlukan visi jangka panjang dan segera melakukan investasi untuk mendorong bisnis di masa depan yang menjanjikan aktivitas ekonomi.































BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
3.2  Saran

























DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Subri, Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT.Rajagrafindo

E-Book:

http://eafm indonesia.net/public/files/penelitian/5ae09-POTENSI,-PRODUKSI SUMBERDAYA-IKAN-DI-PERAIRAN-LAUT-INDONESIA-DAN PERMASALAHANNYA.pdf  [Diakses tanggal 25 September 2014]

Kusumastanto, Tridoyo. 2012. Pengembangan Sumberdaya Kelautan Dalam Memperkokoh Perekonomian Nasional Abad 21. http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/pemberdayaan%20sumber%20daya%20kelautan%20-%20tridiyo%20kusumastanto.pdf

Internet:

Hutan Mangrove dan Luasannya di indonesia _ A.R. As-syakur.htm

(Hartini, S., Guridno Bintar Saputro, M. Yulianto, Suprajaka. 2010. Assessing the Used of Remotely Sensed Data for Mapping Mangroves Indonesia. SELECTED TOPICS in POWER SYSTEMS and REMOTE SENSING. In 6th WSEAS International Conference on REMOTE SENSING (REMOTE ’10), Iwate Prefectural University, Japan. October 4-6, 2010; pp. 210-215.)

Mukhtar. Illegal Fishing di Indonesia.diakses pada http//:Illegal Fishing di Indonesia.htm. Pad tanggal 24/09/2014.

30,7 Persen Terumbu Karang Indonesia Terancam Punah.htm



4 komentar:

  1. untuk admin, saya meminta izin karena saya ingin menjadikan penelitiannya sebagai salah satu referensi untuk tugas kuliah saya, terima kasih

    BalasHapus
  2. Halo, semuanya, tolong, saya dengan cepat ingin menggunakan media ini untuk membagikan kesaksian saya tentang bagaimana Tuhan mengarahkan saya kepada pemberi pinjaman yang benar-benar mengubah hidup saya dari kemiskinan menjadi seorang wanita kaya dan sekarang saya memiliki kehidupan yang sehat tanpa tekanan dan kesulitan keuangan,

    Setelah berbulan-bulan mencoba mendapatkan pinjaman di internet dan saya telah ditipu dari 400 juta, saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman dari kreditor online yang sah dalam kredit dan tidak akan menambah rasa sakit saya, jadi saya memutuskan untuk meminta saran kepada teman saya tentang bagaimana cara mendapatkan pinjaman online, kami membicarakannya dan kesimpulannya adalah tentang seorang wanita bernama Mrs. Maria yang adalah CEO Maria Loan. Perusahaan

    Saya mengajukan jumlah pinjaman (900 juta) dengan suku bunga rendah 2%, sehingga pinjaman yang disetujui mudah tanpa stres dan semua persiapan dilakukan dengan transfer kredit, karena fakta bahwa itu tidak memerlukan jaminan untuk transfer. pinjaman, saya hanya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari dua jam uang pinjaman telah disetorkan ke rekening bank saya.

    Saya pikir itu lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa akun saya telah dikreditkan dengan jumlah 900 juta. Saya sangat senang bahwa akhirnya Tuhan menjawab doa saya dengan memesan pemberi pinjaman saya dengan kredit saya yang sebenarnya, yang dapat memberikan hati saya harapan.

    Terima kasih banyak kepada Ibu Maria karena telah membuat hidup saya adil, jadi saya menyarankan siapa pun yang tertarik mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Ibu Maria dengan baik melalui E-mail (mariaalexander818@gmail.com) ATAU Via Whatsapp (+1 651-243 -8090) untuk informasi lebih lanjut tentang cara mendapatkan pinjaman Anda,

    Jadi, terima kasih banyak telah meluangkan waktu Anda untuk membaca tentang kesuksesan saya dan saya berdoa agar Tuhan melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda.
    Nama saya adalah kabu layu, Anda dapat menghubungi saya untuk referensi lebih lanjut melalui email saya: (kabulayu18@gmail.com)

    Terima kasih semua.

    BalasHapus
  3. Halo, semuanya, tolong, saya dengan cepat ingin menggunakan media ini untuk membagikan kesaksian saya tentang bagaimana Tuhan mengarahkan saya kepada pemberi pinjaman yang benar-benar mengubah hidup saya dari kemiskinan menjadi seorang wanita kaya dan sekarang saya memiliki kehidupan yang sehat tanpa tekanan dan kesulitan keuangan,

    Setelah berbulan-bulan mencoba mendapatkan pinjaman di internet dan saya telah ditipu dari 400 juta, saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman dari kreditor online yang sah dalam kredit dan tidak akan menambah rasa sakit saya, jadi saya memutuskan untuk meminta saran kepada teman saya tentang bagaimana cara mendapatkan pinjaman online, kami membicarakannya dan kesimpulannya adalah tentang seorang wanita bernama Mrs. Maria yang adalah CEO Maria Loan. Perusahaan

    Saya mengajukan jumlah pinjaman (900 juta) dengan suku bunga rendah 2%, sehingga pinjaman yang disetujui mudah tanpa stres dan semua persiapan dilakukan dengan transfer kredit, karena fakta bahwa itu tidak memerlukan jaminan untuk transfer. pinjaman, saya hanya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari dua jam uang pinjaman telah disetorkan ke rekening bank saya.

    Saya pikir itu lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa akun saya telah dikreditkan dengan jumlah 900 juta. Saya sangat senang bahwa akhirnya Tuhan menjawab doa saya dengan memesan pemberi pinjaman saya dengan kredit saya yang sebenarnya, yang dapat memberikan hati saya harapan.

    Terima kasih banyak kepada Ibu Maria karena telah membuat hidup saya adil, jadi saya menyarankan siapa pun yang tertarik mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Ibu Maria dengan baik melalui E-mail (mariaalexander818@gmail.com) ATAU Via Whatsapp (+1 651-243 -8090) untuk informasi lebih lanjut tentang cara mendapatkan pinjaman Anda,

    Jadi, terima kasih banyak telah meluangkan waktu Anda untuk membaca tentang kesuksesan saya dan saya berdoa agar Tuhan melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda.
    Nama saya adalah kabu layu, Anda dapat menghubungi saya untuk referensi lebih lanjut melalui email saya: (kabulayu18@gmail.com)

    Terima kasih semua.

    BalasHapus
  4. Did you hear there is a 12 word sentence you can say to your crush... that will trigger deep emotions of love and impulsive attractiveness for you buried inside his heart?

    Because deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's instinct to love, adore and care for you with all his heart...

    ====> 12 Words Who Trigger A Man's Love Response

    This instinct is so built-in to a man's genetics that it will make him try better than ever before to make your relationship as strong as it can be.

    Matter-of-fact, triggering this dominant instinct is so binding to having the best ever relationship with your man that the instance you send your man one of these "Secret Signals"...

    ...You will instantly notice him expose his heart and soul to you in a way he haven't experienced before and he'll see you as the only woman in the galaxy who has ever truly appealed to him.

    BalasHapus